Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Fakultas Ekonomi dan.Bisnis Universitas Muhamadiyah Palembang

Selanjutnya

Tutup

Financial

Bank Amerika Tutup: "Jangan Terlena" Kedepankan Pengawasan dan Trust

27 Maret 2023   06:33 Diperbarui: 27 Maret 2023   06:34 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Rasa takut menghadapi dampak krisis ekonomi dunia tahun 2023 ini belum usai, kini rasa takut itu kembali menghantui anak negeri ini, khususnya pelaku usaha dibidang perbankan, dengan adanya penutupan tiga  bank di Amerika Serikat beberapa waktu yang lalu.

Kini media gencar memberitakan pemerintah Amerika Serikat telah menutup dan mengambil alih tiga bank yakni Silicon Valley Bank, Silvatage Bank dan Signature Bank. Dikabarakan bahwa penutupan bank tersebut dikarenakan memburuknya neraca keuangan dan tidak mampu-nya bank-bank tersebut memenuhi kewajibannya pada saat deposan melakukan penarikan dana secara besar-besaran (rush money).

Disinyalir dalam RM.id, 14 Maret 2023 bahwa penutupan tiga bank ini merupakan peristiwa kebangkrutan terbesar industri keuangan sejak krisis besar tahun 2007-2008 yang lalu. Kemudian ambruknya tiga bank tersebut menimbulkan kekuatiran resiko merembet ke sektor dan negara lain sehingga menimbulkan stabilitas sistem keuangan global.

Menyikapi fenomena ini, sebagian besar pihak tidak menghawatirkan tutupnya tiga bank di Amerika Serikat tersebut. Dalam hal ini, misalnya,  Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,  Bapak Teguh Dartanto menganggap Indoensia akan mampu  mengatasi gejolak krisis di AS yang berpotensi mempengaruhi  perbankan nasional. Bank di Indonesia relatif aman karena keterkaitan antara kebangkrutan  tiga bank di Amrerika Serikat dengan Indonesia tidak tinggi. (news.repbuklika.co.id, 19 Maret 2023).

Bapak Hendra Setiawan Boen, seorang analis dan praktisi hukum kapailitan dan restrukturisasi utang dari kantor Frans & Setiawan low office, menyatakan bahwa penutupan tiga bank di Amerika Serikat tersebut dinilai tidak berdampak banyak bagi sektor keuangan di Indonesia tidak akan mengulang kembali krisis ekonomi besar tahun 2007-2008 lalu.  Hanya berdampak  besar kepada negara yang memiliki cabang dari ketiga bank tersebut. Itupun mereka  segera melakukan upaya untuk mitigasi resiko. Inggris misalnya, lolos dari krisis karena bank HSBC bersedia membeli Silicon Valley Bank cabang Inggris dan menjamin simpanan deposan. (antara.news.com, 14 Maret 2023).

Jangan terlalu Percaya Diri.

 Berkaca dari kasus lembaga keuangan  akhir-akhir ini, ada beberapa lembaga keuangan ansuransi yang gagal bayar kepada nasabah-nya, (termasuk seorang penulis dikompasina.com yang juga pengamat ekonomi Sumatera Selatan belum dibayar) karena kesulitan dana, terlepas ada atau tidak adanya unsur penyalah gunaan uang nasabah atau uang tersebut dikorupsi, yang jelas beberapa perusahaan ansuransi yang sebelumnya cukup bergengsi di negeri ini, beberapa tahun ini stagnan alias tidak beroperasi. Begitu juga dengan lembaga keuangan bank, tidak sedikit bank yang diterpa masalah korupsi dan hilangnya uang nasabah mereka yang melibatkan oknum pihak bank itu sendiri. (lihat Amidi dalam kompasiana.com, 14 Desember 2022).

Kemudian mengacu pula pada saat dunia perbankan ada yang colaps karena diterpa oleh kerisis moneter beberapa tahun yang lalu tersebut.  Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang diberikan terhadap bank-bank yang terkena dampak krisis moneter tersebut, sampai saat ini masih menyisahkan masalah, sehingga tidak sedikit uang negara yang terkuras dalam rangka penutupan dana deposan perbankan tersebut.

Dengan mencetmati kondisi tersebut, menurut hemat saya, fanomena tutupnya  tiga bank di Amerika Serikat, sebaiknya harus menjadi "perhatian serius" dari  pemerintah dan pihak berkompeten agar tidak memberi imbas kepada perbankan di negeri ini.

 

Langkah yang Perlu Dilakukan.

Pertama, harus sedapat mungkin menjaga likuiditas (kemampuan  memenuhi kewajiban tunai). Upaya yang harus dilakukan pertama kali apabila  suatu bank mengalami kesulitan dana, atau ada masalah dalam hal likuiditas, adalah meminjam dana terlebih dahulu pada bank lain untuk membayar para deposan yang akan menarik dana-nya.

Namun, bila bank lain tersebut tidak dapat meminjamkan dana-nya sementara belum ada keputusan pemerintah akan membantu, maka taruhannya adalah bank tersebut jauh-jauh hari (sebelum bermasalah) dan bank-bank yang ada dinegei ini lainnya harus kuat dari sisi likuiditas. Manajemen resiko likuiditas harus benar-benar dikedepankan, misalnya memperpanjang masa jatuh tempo, diversifikasi sumber dana,  dan menjaga keseimbangan jangka waktu aset dan kewajiban.

Kedua, mempertahakan kepercayaan nasabah/masyarakat (trust). Akhir-akhir ini kepercayaan masyarakat/nasabah terhadap lembaga keuangan (asuransi dan bank) sedikit terusik, karena tidak sedikit kasus lembaga keuangan tersebut yang mengecewakan nasabah, pada asuransi, nasabah tidak bisa mencairkan uangnya karena ada masalah likuditas.

Begitu juga pada bank, nasabah dihadapkan pada kasus dana nasabah "raib" atau hilang begitu saja belum lagi adanya kasus penyalah gunaan uang nasabah dan atau tindakan korupsi yang dilakukan oknum bank. Untuk itu faktor kepercayaan ini memegang peranan penting.

Jaga nama baik perusahaan asuransi dinegeri ini, dan jaga nama baik bank dinegeri ini.  Perusahaan asuransi dan bank kuat saja, dapat dipengaruhi oleh kasus kejahatan yang terjadi pada suatu perusahaan asuransi dan atau bank. Berdasarkan pengamatan saya, tidak sedikit anak negeri ini yang menutup asuransi-nya, padahal perusahaan asuransi tersebut terbilang masih kuat  (termasuk salah satu penulis di kompasiana.com yang juga pengamat ekonomi Sumatera Selatan juga menutup asuransi-nya)  karena adanya kasus pada beberapa asuransi yang terjadi akhir-akhir ini, tidak sedikit anak negeri ini yang mengantisipasi dana-nya di bank, dalam artian mereka sudah takut melepas uang dalam jumlah "besar" untuk disimpan di bank.

Untuk itu faktor kepercayaan ini harus benar-benar dijaga, jangan sampai menodai bank-bank yang kuat dan atau bank yang kuat  akan menjadi lemah, gara-gara kasus satu dua bank  yang mengecewakan nasabah.

Ketiga, terus menyuarakan secara moral (moral suasion) agar SDM perbankan tidak melakukan moral hazard, korupsi, "mengambil uang nasabah" dan seterusnya. SDM di suatu bank mutlak harus piawai, pinter, lagi jujur. Jika tidak, tunggu saja persoalan yang serupa akan melanda.

Terakhir, tingkatkan pengawasan terhadap perbankan. Faktor pengawasan juga memegang peranan penting dalam sautu lembaga keuangan, terutama bank. Jadikan faktor pengawasan dan kepercayaan (trust) sebagai panglima dibelantika dunia perbankan dinegeri ini. Dengan demikian, diharapkan dunia perbankan di negeri ini tetap eksis tidak terpengaruh dengan fenomena yang menerpa perbankan di Amerika Serikat tersebut. Semoga!!!!!!!!!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun