Dari perbedaan nuansa kata sambutan tersebut,  dari  segi waktu, sudah terjadi pemborosan (mubazir), belum lagi dari  konten dalam kata sambutan atau pidato yang akan disampaikan tersebut, kadang-kadang terlalu panjang dan lama, sehingga menghilangkan substansi-nya.Â
Mubazir  yang demikian dapat kita jumpai pula pada saat anak negeri ini memberi kata sambutan dalam acara pesta atau resepsi. Di Palembang, dalam acara resepsi itu biasanya ada kata sambutan mewakili keluarga atau pihak mempelai. Nah, biasa-nya orang yang  mewakili untuk memberikan kata sambutan itu (maaf bukan menggurui) terkadang tidak paham apa yang akan disampaikan sehingga "ngalor-ngiduli", padahal ia hanya diminta untuk menyampaikan maksud dari keluarga mempelai itu  saja. Misalnya' ucapan terima kasih hadirin telah hadir, mohon doa  restu kepada hadirin untuk kedua mempelai, dan mohon maaf kepada hadirin kalau ada kekurangan dalam pelaksanaan acara tersebut.
Belum lagi tindakan mubazir  kita dalam perkataan lainnya. Sepertinya  dalam kehidupan, dan atau dalam keseharian kita, kita sering melontarkan kata atau tulisan yang kurang bermanfaat. Misalnya; perkataan yang menggunjing (ghibah), perkataan yang justru menilbulkan kebencian dan atau "hoak" dan perkataan lain yang tidak perlu diucapkan, karena akan mubazir  yang akan menimbulkan hilangnya  nilai keekonomian-nya.                       Â
Mubazir dalam Tindakan.
Mubazir  yang ini juga sering kita lakukan dalam tindakan, mungkin kita beranggapan bahwa tindakan kita tersebut akan menilbulkan kebaikan, tetapi karena sikap  kita yang tidak jentleman, justru  mubazir.
Akhir-kahir ini kita sibuk dengan tindakan untuk memberantas kejahatan ekonomi (baca:korupsi), sehingga kita berlomba-lomba mengangkat persoalan yang satu ini. Namun, apa "nanya" karena tindakan kita tersebut tidak tuntas justru menjadi mubazir.Â
Sebaiknya hindari suatu tindakan yang tidak tuntas yang akan menyebabkan mubazir, karena tindakan kita yang tidak tuntas tersebut akan  menimbulkan "kegaduhan",  "keresahan" dan "instabilitas", sebaiknya (maaf) lakukan saja tindakan  tersebut sampai tuntas dan sampai ke akar-akar-nya. Jika tidak, lebih baik ditunda  jangan di-ekspos terlebih dahulu.
Mubazir dalam  ibadah.
Kemudian satu lagi,  terkadang kita melakukan tindakan mubazir jtru usdalam ber-ibadah itu sendiri. Saya mohon maaf, bukan karena ibadah saya sudah sempurna, tetapi ini hanya untuk saling mengingatkan saja. Misalnya saja dalam hal ibadah Ramadhan. Bila kita runut kita sudah melakukan ibadah puasa ini puluhan tahun, sayang jika mubazir. Misalnya saja kita menjalankan ibadah puasa sejak usia  17 tahun dan bila saat ini  usia kita sudah  50 tahun, berarti  sudah 33 tahun kita melakukan ibadah puasa tersebut.
Sayang, kalau ibadah puasa kita mubazir, tidak bernilai dimata Allah SWT, karena dalam menjalankan ibadah puasa  kita tak henti-hentinya "memproduksi dosa", sehingga  membuat ibadah puasa kita kurang sempurna bahkan mungkin tidak bernilai atau tidak diterima sebagai ibadah.
Kemudian sudah dua (2) malam ini kita menjalankan solat tarawih sebagai rangkaian ibadah puasa, biasanya ada sebagian pengurus masjid yang menyajikan ceramah/tausiyah sebelum solat tarawih dimulai. Nah, untuk pelaksanaan-nya tersebut terkadang kita bertindak dalam katagori "mubazir", yang  saya istilahkan "mubazir ringan", (mohon maaf) terkadang ceramah/tausiyah kita  topiknya tidak jelas, sehingga terkesan "ngalor ngidul". Saran saya, sebaiknya tentukan topik dan paparkan dengan  singkat agar ceramah/tausiyah kita membuat jamaah lebih khusuk dan semangat dalam melaksanakan solat tarawih,bukan justru sebaliknya.