Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Begitu Mudahnya Produsen Mendikte Konsumen

28 Januari 2023   06:54 Diperbarui: 28 Januari 2023   06:58 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Entrepreneur. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcomp

Dengan semakin maraknya  media sosial yang dapat dijadikan media promosi, apakah jenis iklan atau lainnya tersebut, semakin mudah bagi produsen atau perusahaan untuk mempengaruhi, membujuk termasuk "mendikte" konsumen agar terpengaruh yang  pada akhirnya berminat untuk membeli atau melakukan permintaan terhadap produk yang mereka tawarkan

Iklan yang dilakukan produsen dan atau unit usaha tersebut disajikan dengan "aduhai" sehingga mampu menggoda konsumen. Apalagi tampilan iklan yang disajikan oleh produsen atau unit usaha tersebut menyertakan atribut yang memang sangat disenangi oleh konsumen.

Contoh iklan makanan yang sebenarnya makanan tersebut kalau dikonsumsi kurang baik bagi  kesehatan dan mendatangkan mudorat, tetapi dengan iklan yang gencar, konsumen mau saja membali makanan tersebut bahkan makanan tersebut justru menjadi lambang "prestise" bagi konsumen. Mereka bangga mengkonsumsi makanan tersebut, sekalipun untuk membelinya harus antri berjam-jam.

Kemudian contoh lain iklan yang disajikan dengan menambahkan tampilan yang menggoda konsumen adalah iklan mobil. Kalau kita perhatikan kegiatan promosi otomotif, kendaraan baik roda dua maupun roda empat hampir semua menampilkan "cewek cantik yang aduhai", padahal tidak ada hubungan langusng  cewek dengan mobil. Mungkin bila kita iseng-iseng melakukan uji statistik apakah ada hubungannya antara cewek dengan mobil, mungkin sudah dapat dipastikan tidak ada hubungan yang signifikan. Tetapi bila kita hubungkan pengaruhnya terhadap jumlah kunjungan pada ajang promosi atau pameran  mobil tersebut, jelas ada.

Terlepas dari itu semua, yang jelas untuk iklan mobil atau otomotif tersebut, setiap awal tahun gencar sekali, karena mereka akan menampilkan tipe mobil baru yang mereka produksi setiap memasuki tahun baru, seperti di tahun 2023 ini. Sepertinya semua produsen mobil berlomba-lomba menampilkan sajian iklan produksi mobil tipe baru-nya, sehingga terjadi perang tipe, perang merek, dan termasuklah perang harga. Disini konsumen didekte oleh mereka, konsumen digiring untuk "gusar" dengan tampilan tipe mobil baru tersebut sampai konsumen terdorong untuk membali atau menukar mobil tipe tahun sebelumnya dengan tipe mobil produksi  tahun terbaru.

Dorongan tersebut sangat kuat, di Palembang saja, begitu keluar produksi mobil yang dikeluarkan perusahaan tertentu dengan tipe terbaru tersebut, maka tidak lama kemudian, satu minggu saja, sudah mulai terlihat mobil tersebut lalu lalang di jalan raya. Begitu dahsyat-nya iklan yang disajikan oleh mereka. Begitu mudahnya konsumen didikte oleh mereka.

Padahal, mobil tersebut masih baru, baru satu tahun, padahal dari sisi keandalan, mobil tersebut masih handal. "Wong baru satu tahun, kok!". Inilah dinamikan yang ada, inilah suatu bukti dahsyat-nya iklan. Jika sudah begini, maka bukan lagi kebutuhan yang diutamakan tetapi sudah unsur keinginan yang lebih kuat mendorong konsumen untuk membeli.

Tidak hanya itu, masih banyak contoh iklan  yang menggoda dan mendikte konsumen. Contoh yang masih hangat-hangatnya adalah suatu permainan jadul yang sudah menghilang, kini muncul lagi, "lato-lato". Dengan viralnya permainan lato-lato melalui media sosial tersebut, produsen lato-lato mampu mendekte konsumen untuk kembali membeli dan memainkan permainan jadul tersebut.

Seru-nya lagi permainan lato-lato ini mampu menggeser permainan yang ada dikonten HP yang sering setiap saat dimainkan anak-anak. Dengan kata lain, lato-lato mampu menghalagi anak-anak bermain  HP. Suatu kondisi yang menarik untuk dicermati, terutama oleh produsen atau unit usaha yang ada. Artinya walaupun produk tersebut sudah usang atau produk tersebut produk jadul, produk sampah, ia akan digandrungi lagi dengan jalan apabila kita bisa mendikte konsumen melalui iklan atau melalui media sosial untuk diviralkan.

Persaingan Ketat.

Kini dan kedepan persaingan antar produsen semakin tajam/ketat, produk yang sejenis saja bisa bersaing dengan mudahnya, dengan memoles sedikit tampilan produk kita, walaupun produk tersebut merupakan produk lama atau sudah usang, maka dengan  melakukan iklan-nya dengan gencar, kita sudah bisa mendekte konsumen untuk tergoda menggandrungi produk yang sudah usang tersebut.

Dalam hal ini, bisa kita katakan, walaupun kita berhasil menciptakan produk baru, bila iklan yang kita lakukan biasa-biasa saja dan tidak gencar serta tidak menggoda, maka bisa  kita katakan produk baru tersebut bukan tidak mungkin hanya sekedar menjadi pajangan.

Bukan hanya keilmuan marketing yang hanya bisa kita perankan, tetapi ilmu psikologis konsumen pun ternyata cukup ampuh menggoda dan mempengaruhi konusmen. Secara psikologis, konsumen akan tergoda dengan polesan tampilan di produk yang kita sajikan tersebut. Apalagi anak negeri ini selaku konsumen memang mudah untuk dipengaruhi alias digoda.

Pelayanan menjadi Panglima.

Menurut hemat saya apa-apa saja langkah, inovasi yang dilakukan pesaing kita, tidak semua-nya kita harus ikuti, kata kuncinya adalah "pelayanan" alias "service". Kita harus bersaing juga dalam hal pelayanan. Sajikan dan berikan pelayanan prima kepada konsumen setia kita dan calon  konsumen kita. Dengan pelayanan prima, konsumen merasa diperhatikan dan merasa diposisikan sebagai "raja". Idiom konsumen adalah raja, harus benar-benar menjadi perhatian perusahaan atau unit usaha.

Pengalaman saya pada saat saya dipercayakan sebagai manajer keuangan salah satu rumah sakit, kami jauh-jauh hari sudah terpikir untuk menyediakan layanan ke rumah-rumah, layanan home care. Model pelayanan demikian, saat ini sudah banyak dilakukan oleh unit usaha di negeri ini, baik itu perusahaan otomotif, perusahaan makanan, rumah sakit, dan lainnya.

Sudah saatnya konsumen dimanjakan oleh produsen dan atau unit usaha yang ada, jika yang satu ini kita hiraukan,  tunggu saja konsumen kita akan lari atau pindah ke lain hati dan akan disambut oleh yang lain. Saya yakin pada saatnya, harga sudah tidak lagi menjadi pertimbangan utama dalam mengkonsumsi atau membeli suatu produk, tetapi layanan akan menjadi panglima bagi konsumen. Selamat Berjuang!!!!!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun