Mohon tunggu...
Amidi
Amidi Mohon Tunggu... Dosen - bidang Ekonomi

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Resesi Ekonomi 2023 Tidak Perlu Dikhawatirkan

30 Oktober 2022   14:04 Diperbarui: 30 Oktober 2022   14:14 481
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembicaraan tentang akan adanya resesi ekonomi yang melanda dunia termasuk Indonesia sepertinya tidak sesanter pembiacaraan masalah calon Presiden Republik Indonesia tahun 2024. Namun, masalah yang satu ini (resesi ekonomi) pun patut menjadi perhatian kita semua. Apalagi mengingat perekonomin negeri ini juga tergantung dengan perekonomian dunia,

Sebelumnya beberapa negara besar di dunia sudah terlebih dahulu merasakan  resesi ekonomi akibat pandemi covid 19, seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan dan Singapura, karena pada saat itu kinerja ekonomi kuartal II - 2020 negara - negara besar tersebut terus menyusut dan menunjukan pertumbuhan minus. Kini  resesi ekonomi tersebut akan mengancam kembali,

Berdasarkan informasi yang dapat dihimpun setidaknya ada beberapa negara yang akan terancam resesi ekonomi 2023 seperti  Amerika Serikat (AS), Eropa, China,  Mongolia,  dan Korea Selatan.  Namun, ancaman resesi ekonomi tahun 2023 tersebut pun diperkirakan juga akan mengamcam Indonesia (CNN Indoensia, 06 Oktober 2022)

Memang dibandingkan dengan  negara -- negara besar di dunia tersebut, Indonesia juga dibayangi oleh ancaman penyakit ekonomi "resesi ekonomi" tersebut. Sebenarnya bagi Indonesia ancaman resesi ekonomi ini memang harus dicermati secara seksama, namun jangan pula terlalu dikhawatirkan, ,jangan ditakuti secara berlebihan,  sekali lagi yang harus dilakukan adalah  melakukan berbagai langkah antipasi kini dan ke depan.

Apalagi Indonesia memiliki perbedaan dengan negara lain, seperti Singapura.    dalam mengejar laju pertumbuhan ekonomi-nya. Dalam tulisan saya sebelumnya, sudah saya sampaikan bahwa,  Singapura dalam mengejar laju perekonominya bergantung pada perdagangan internasional, sementara Indonesia dalam mengejar laju pertumbuhan ekonominya sangat bergantung pada tingkat konsumsi, investasi dan eskpor. Hal ini sering dikemukakan oleh menteri Keuangan dalam menyikapi permasalahan pertumbuhan ekonomi yang melambat beberapa tahun belakangan ini.

Ancaman resesi ekonomi kali ini lebih disebabkan karena bank sentral di seluruh dunia melakukan peningkatan suku bunga secara  cukup ekstrem dan bersama-sama, maka  dapat dipastikan dunia mengalami resesi di tahun 2023 ini, hal ini telah disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani  dalam keterangan pers APBN secara virtual (29/09/2022)

Resesi yang merupakan fenomena turunnya perekonomian dunia karena  dipicu oleh inflasi atau memburuknya perekonomian suatu Negara dimana Produk Domestik Bruto (PDB) bernilai negatif yang menyebabkan peningkatan  pengangguan tersebut, memang perlu diantisipasi dan disikapi secara seksama.

Apabila terjadi resesi, kita akan mengalami hambatan seperti menjual asset  di harga terbaik akan sulit (harga asset akan jatuh). Sebab daya beli masyarakat sedang lesu saat itu. Kemudian jika melihat kondisi saat ini, resesi dipicu kenaikan  suku bunga bank sentral yang memang sangat regresif. Sehingga menggerek suku bunga kredit  yang membuat utang menjadi lebih mahal. Kemudian daya beli masyarakat yang menurun karena pendapatan berkurang tersebut akan beresiko meningkatkan kemiskinan. (CNBC, 30 September 2022).

Ancaman kemiskinan dan atau  meningkatnya kembali angka kemiskinan akibat  resesi ekonomi tersebut, harus benar-benar menjadi perhatian pihak yang berkompeten. Ancaman kemiskinan tidak hanya merupakan permasalahan ekonomi semata, karena akan berakumulasi menjadi permasalan sosial dan politik  dan akan menciptakan instabilitas yang tak terkendalikan.

 Langkah Antisipasi.

Bila resesi ekonomi melanda, maka akan mengganggu sumber pertumbuhan ekonomi. Dengan terganggunya sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia tersebut, yang ditandai akan terkoreksinya pertumbuhan , investasi dan ekspor harus diantisipasi dengan beberapa langkah. Upaya yang harus kita lakukan adalah setidaknya bagaimana mengantisipasi agar ke tiga sumber pertumbuhan tersebut  dapat diperbaiki.

 Konsumsi.  Memang kalau kita simak konsumsi rumah tangga  pada saat ini  mengalami pertumbuhan  5, 51  persen pada kwartal II tahun 2022 (databoks) Namun tetap harus diwaspadai, jika pendapatan masyarakat akan mengalami penurunan ditengah ancaman resesi ekonomi tersebut.

Untuk membangkitkan kontribusi sektor konsumsi ini, pemerintah harus dapat memberikan stimulus kepada dunia usaha (termasuk UMKM) berupa keringanan kredit, keringanan pajak dan stimulus fiskal termasuklah menopang konpensasi (gaji) pegawai / karyawan untuk beberapa waktu tertentu ke depan, seperti  Presiden yang telah  memberikan bantuan Rp. 600.000,- per bulan kepada pegawai / karyawan yang berpenghasilan Rp. 5.000.000,- ke bawah tersebut sebagai konvensasi kenaikan BBM harus dipertahankan terlebih dahulu.

 Investasi. Investasi pun mengalami hambatan, investasi kini  terbilang lamban bahkan stagnan  bahkan ada unit usaha yang nilai investasinya lumayan besar colaps karena pandemi covid 19 dan karena  kondisi ekonomi  belum kondusif. Sehingga investasi yang sudah ada ini harus benar-benar dipertahankan jangan sampai terjadi capital flight, jangan sampai investasi yang sudah ditanam di negeri ini dibawak lari alias pindah ke  negara lain.

Walaupun demikian, investasi saat ini ini masih dapat diandalkan untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi, karena Indonesia memang mempunyai potensi yang baik  ditambah  adanya faktor pendukung investasi, seperti iklim investasi yang baik dan adanya kemudahan dalam berinvestasi. Diharapkan dengan usainya pandemi covid 19 ini investasi akan kembali bergairah di negeri ini.Kemudian investasi yang masuk harus didorong untuk menggerakkan sektor yang produktif dan mendatangkan nilai tambah yang tinggi serta cepat kembali.

 Ekspor. Ekspor pun demikian, sebelum  pendemi covid 19 pun kinerja ekspor Indonesia lamban, walaupun ada kenaikan tetapi tidak signifikan. Ditambah lagi adanya pandemi covid 19 ini, dimana negara tujuan ekspor  Indonesia pun mengalami hal yang sama, karena semua negara tujuan menghadapi pandemi covid 19, sehingga ekspor Indonesia ikut terganggu. Padahal untuk meningkatkan devisa, kita harus menggenjot ekspor, sementara ekspor kita terganggu karena pandemi covid 19. Devisa ini  untuk membayar utang negara yang semakin membesar tersebut. Untuk itu, karena ekspor sebagai sumber devisa belum bisa digenjot, maka dalam tempo dekat ini setidaknya kita jangan memperbesar utang, sebaliknya kita harus  mengansur utang  agar beban bunga tidak terus membesar.

Untuk mengantisipasi resesi ekonomi, Indonesia harus melakukan lima (5)  hal, yakni; negeri ini harus mempunyai dana darurat yang lebih besar,  wajib memiliki ansuransi (yang betul-betul aman), pastikan memiliki cash flow yang sehat dan baik, hindari utang konsumtif jangka panjang, dan harus memiliki penghasilan tambahan (CNBC, 11 Oktober 2022). Kemudian  beberapa langkah antisipasi lain yang harus kita lakukan, seperti terus mendorong laju pertumbuhan ekonomi melalui berbagai kebijakan agar aktifitas ekonomi tetap berjalan dan eksis walaupun ditengah ancaman resesi ekonomi tersebut. Kemudian perlu  menghindari  kebijakan yang membuat pasar "bereaksi negatif", seperti kebijakan kenaikan BBM bersubsidi tersebut.  Selamat berjuang!!!!!

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun