Mohon tunggu...
Ami Abeb
Ami Abeb Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Anak Rantau

Nulisnya nunggu mood.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aku Mencintaimu, Mirna!

14 September 2017   13:15 Diperbarui: 14 September 2017   15:02 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://cdn.idntimes.com

Sorak tepuk tangan menggema. Suitan terus kudengar saat namaku disebut sebagai juara pertama dengan nilai tertinggi di SMA ini. Kulangkahkan kaki menuju panggung kehormatan yang di sana sudah ada kepala sekolah yang siap memberiku piagam penghargaan juga medali seakan aku menjuarai olimpiade. 

Para siswi riuh memanggil namaku, berharap aku meliriknya sedikit saja. Tanpa menengok siapapun, aku terus melangkah. Mataku ke arah panggung, bukan piagam dan medali yang menjadi perhatianku, melainkan seseorang yang telah maju lebih dulu daripada aku, sang juara kedua. Bahkan ketika menaiki panggung, mataku tetap tertuju kepadanya. Sekarang saatnya, tiga tahun sudah aku menahan rasa.

Kuhampiri MC yang sedang bawel dengan omongan tak bergunanya --menurutku- karena yang kuanggap berguna adalah yang akan kukatakan sebentar lagi. Kurebut mic yang ada di tangannya, dia hanya kaget dan tertegun. Tanpa menganggap kehadiran kepala sekolah di situ, juga ratusan orang yang sedang menyaksikan.

"Mirna," kataku lantang pada sang runner up, menggema ke seluruh sudut gedung, "aku mencintaimu!"

Mirna seakan tak mendengar omonganku, menangis kemudian berlari turun dari panggung. Suara ricuh ratusan siswa seakan tak kudengar. Semuanya hening, sepi.

###

Empat tahun setelah itu, perangkat cumclaude pun kudapat. Aku termasuk dari 10 mahasiswa yang mendapat beasiswa S2 ke Oxford University. Sebagaimana sebelumnya, akulah pemegang angka tertinggi dan Mirna adalah yang kedua. Kejadian yang sama pun kuulang. Kurebut mic dari MC secara tiba- tiba saat wisuda dan penerimaan penghargaan. Kalimat yang sama pun kuucap, tapi kali ini Mirna tidak lari. Dia menamparku.

###

Tiga tahun kutempuh perjalanan S2 hingga aku di wisuda. Kembali kulihat Mirna menjadi runner up, tentu setelah aku yang tetap menjadi pemegang rekor pertama. Sebelum aku naik panggung, kulihat Mirna memasang wajah waspada. Aku sudah siap untuk ditampar lagi. Kalimat yang sama dan dengan cara yang sama kuungkapkan perasaan itu. Bedanya, kali ini menggunakan bahasa Inggris karena kami berada di negeri orang. Sayang, perkiraanku salah. Mirna tak menamparku, dia menendang kemaluanku.

###

"Andi, aku mencintaimu!"

"Coba ulangi."

"Aku mencintaimu, i love you, Andi."

"Ulangi seratus kali."

Mirna mengulangi kalimatnya barusan di telingaku seratus kali. Pelan-pelan aku membelai rambutnya yang harum sebab baru saja aku mengantarnya dari salon. Kubelai leher indahnya yang dihiasi oleh kalung emas dengan liontin seharga 150 juta. Kupegang lembut tangannya dengan arloji berlian melingkar di pergelangannya, juga cincin kawin senilai satu unit mobil Avanza menghiasi jari manisnya. Dasar cewek matre.

Mekah, 14 September 2017

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun