Pada sisi ini pula, SYL kerap memperoleh feedback yang tak nyaman dari lawan-lawannya. Dia adalah satu diantara sedikit penguasa yang menyerap dan mempraktikkan demokrasi dalam pengertiannya yang paling elementer, dimana gagasan dan tindakan harus didorong menjadi gagasan dan tindakan bersama, sementara risiko harus bersedia ditanggung sendiri.Â
Dia menjadi pemandu perubahan, sekaligus bersedia ditinggalkan perubahan. Untuk yang terakhir, SYL juga tak dapat menyembunyikan sejenis melankoli yang makin menunjukkan bahwa pemimpin juga adalah manusia dengan segala titik lemahnya. Gemar menyanyi, menghafal lagu-lagu pop terkini, ngobrol berjam-jam di warung kopi dan memasak, adalah sisi-sisi amat manusiawi yang ditawarkannya ke depan publik. Tentu untuk meneguhkan pandangan bahwa kekuasaan, pada awal dan pada akhirnya, hanya salah satu alat dan alasan kita untuk tetap utuh sebagai manusia.
***
Buku berjudul undercover ini pada akhirnya adalah merupakan cermin yang menceritakan siapa SYL sebenarnya. Cerita yang secara indah berkenan disampaikan dengan blak-blakan ke depan khalayak dari seorang yang mungkin tanpa sadar menjadi tonggak perjalanan sejarah Sulawesi Selatan. ***
Makassar, 22 Maret 2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H