Mohon tunggu...
Amhalogi
Amhalogi Mohon Tunggu... Seniman - Tendik dan Freelancer

Seorang manusia biasa; lagi sederhana. Gemar Menulis dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Amhalogi, Ningrum dan Starlink

25 Mei 2024   14:21 Diperbarui: 25 Mei 2024   14:29 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di sudut senja yang tenang, di sebuah desa kecil di Kecamatan Koroncong, terdapat sebuah rumah kayu sederhana dengan halaman yang dipenuhi bunga-bunga. Amhalogi, seorang pria muda dengan tatapan dalam dan pandangan penuh wawasan, berdiri di sana, mengamati bunga melati yang mekar dengan senyuman lembut.

Ningrum, perempuan dengan mata secerah bintang malam dan senyuman yang bisa menghentikan waktu, mendekatinya dengan langkah ringan. Hatinya berdebar setiap kali melihat Amhalogi, seorang yang telah lama mengisi hari-harinya dengan kebahagiaan sederhana dan percakapan penuh makna.

"Amha, apa yang kau pikirkan?" tanya Ningrum, suaranya lembut dan penuh perhatian.

Amhalogi menoleh, menatap Ningrum dengan tatapan yang penuh cinta dan pengertian. "Aku memikirkan tentang kita, tentang masa depan yang kita bangun bersama. Internet Starlink yang baru saja datang ke desa ini membuka banyak peluang, namun yang terpenting adalah bagaimana kita menggunakannya untuk kebaikan."

Ningrum tersenyum, mendekatkan diri dan menggenggam tangan Amhalogi. "Kau selalu berpikir jauh ke depan. Itulah yang membuatku jatuh cinta padamu. Tapi yang terpenting bagiku adalah kita tetap bersama, menjalani setiap momen dengan penuh cinta dan kebijaksanaan."

Mereka saling menatap, mata mereka berbicara lebih banyak dari kata-kata. Di balik tatapan itu, terdapat impian dan harapan yang mereka rajut bersama. Amhalogi merasa beruntung memiliki Ningrum, seseorang yang selalu mengerti dan mendukung visinya.

"Aku berjanji, Ningrum," kata Amhalogi, suaranya penuh tekad. "Aku akan memastikan bahwa setiap inovasi yang kita bawa ke desa ini tidak hanya membawa perubahan teknologi, tapi juga kesejahteraan bagi semua."

Ningrum mengangguk pelan, matanya bersinar. "Dan aku akan selalu mendukungmu, Amha. Bersama, kita akan membuat desa ini menjadi tempat yang lebih baik."

Senja semakin meredup, langit berubah menjadi jingga, menciptakan pemandangan yang memukau. Dalam keheningan yang tenang, mereka berdiri bersama, saling menggenggam tangan, saling menatap penuh cinta dan janji untuk masa depan. Di bawah langit yang indah, cinta mereka tumbuh, menguatkan setiap langkah yang akan mereka tempuh bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun