Mohon tunggu...
Amhalogi
Amhalogi Mohon Tunggu... Seniman - Tendik dan Freelancer

Seorang manusia biasa; lagi sederhana. Gemar Menulis dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Salah dalam Penggunaan dan Pemilihan Kata

9 April 2024   14:08 Diperbarui: 9 April 2024   14:25 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama kali saya mendengar kalimat yang agak aneh itu, ketika mendengar kata "munafik" tapi disandingkan pada wanita berkerudung atau berhijab. "Buat apa jadi orang munafik, pake kerudung tapi perilakunya masih kayak orang yang gak berkerudung..." Inilah zaman sekarang, yang mungkin perbendaharaan katanya sedikit, sehingga menggunakan kata-kata yang tidak tepat sasaran.

Kata munafik itu telah ada dalam hadits Nabi Muhammad SAW, Tandanya orang munafik itu ada tiga, bila bicara-berdusta, bila berjanji-diingkari, bila dipercaya-khianat. Itu indikator munafik.

Sekarang kita kembali bahas kalimat di atas tadi, "Buat apa jadi orang munafik, pake kerudung tapi perilakunya masih kayak orang yang gak berkerudung..." kira-kira dari tiga ciri munafik tersebut, ada gak hubungan dengan orang yang berkerudung tapi belum sesuai dengan kerudungnya?

Nah, harus tahu perbendaharaan kata biar tepat dalam menggunakan pemilihan kata. Kata munafik yang dipakai dalam kalimat di atas, jelas tidak tepat. Sebab kategorinya tidak sesuai dengan pengertian munafik itu sendiri.

Berkerudung adalah sebuah kewajiban seorang hamba (khususnya perempuan yang sudah baligh) dalam mentaati hukum agamamanya. Adapun perkara perilakunya belum baik berarti itu hal lain. Sejatinya orang tersebut sudah berusaha menjalankan sebuah kewajiban, tapi belum bisa maksimal.

Sama halnya begini, kita masih sholat tapi masih belum bisa menjadi baik. Sholat terus maksiat jalan (STMJ) yang sering kita dengar. Nah, pas kita sadar bahwa ketika kita juga bagian dari pelaku STMJ, apa langsung memutuskan berhenti untuk tidak menunaikan sholatnya? Tentu tidak, bukan sholat yang salah. Tapi sholat sebagai ibadah kewajiban yang harus ditunaikan dan berharap (berdoa) untuk terus berubah jadi lebih baik.

Berkaitan hal tersebut, padanan kata yang tepat atau pilihan kata yang paling tepat untuk menjawab kalimat di atas, yaitu kata integritas. Integritas itu artinya satu atau padunya antara ucapan dan perbuatan.

Jadi, apabila ada orang yang di mulutnya bilang A tapi pas dia ngejalaninnya malah B, berarti orang tersebut tidak memiliki intergitas. Sama persis dengan kasus kerudung di atas. "Kamu pake kerudung, tapi gak integritas dengan kerudungmu sendiri..." Nah, kalau begini baru pilihan katanya tepat, bukan pake kata munafik lagi ya.

Selanjutnya, mungkin ini masih ada hubungan. Saat ini banyak sekali kata yang diselewengkan dari makna aslinya. Ini juga berpotensi dapat mengaburkan maknanya, sama seperti contoh kata munafik di atas.

Kata yang ingin saya bahas adalah "on the way" alias OTW. Tahukan artinya apa? Yap OTW itu artinya (berada) di jalan atau sedang/masih di perjalanan.

Entah bagaimana (ceritanya), di facebook banyak orang yang menggunakan kata ini, tapi kalimatnya ambigu. Oleh mereka itu kata OTW diartikan jalan-jalan. Darimana kamusnya coba? Jelas ini salah kaprah.

"Ah pengen OTW kayak orang-orang..." atau "dari pada di rumah terus, mendingan OTW-an yuk.."

Menyaksikan "kedunguan" (kalau boleh meminjam kalimatnya Rocky Gerung) pada zaman ini semakin akut. Saya hanya tepok jidat begitu baca status atau tulisan begituan. Semenjak kapan mereka diberikan wewenang merubah arti kata OTW jadi jalan-jalan.

Jangan ikut-ikutan yang salah ya, sebab kalau ngikutin, berarti apa bedanya kamu dengan mereka. Biasakan untuk menggunakan kata atau kalimat yang bener ya. Sebab tiap kata-kata ada tempatnya yang tepat, begitu juga dengan tempat, ada kata-katanya yang tepat (kaidah arab).

Terakhir, sepertinya masih ada kaitan dengan pilihan kata, tetapi kali ini lebih esensial dan penting. Sebab membawa nama agama. Orang yang mungkin gak tahu pasti bakal ikut-ikutan. Kalimat yang saya permasalahkan adalah "Rest In Peace" (RIP) artinya istirahat dengan damai.

Kalimat ini punyanya agama lain. Sebagai umat Islam ngapain ikut-ikutan nulis atau ngucapin segala. Di Islam, jelas ada kalimat yang lebih wah dan mengandung dzikir. Ketika membacanya saja jelas jadi pahala. Sebab di dalamnya ada kalimat Allah, namanya Istirja! lafadznya "Inna lillahi wainna ilaihi rajiiun..." artinya sesungguhnya kami milik Allah dan akan kepada-Nya kami dikembalikan.

Jadi, jelas berbeda jauh ketika mengucapkan atau menulis RIP dengan mengucapkan istirja. Secara kualitas maupun esensinya, jelas lebih menang kalimat istirja. Sdarlah kawan-kawan dunia maya. Luaskan bacaan, bukan sekedar jadi penikmat yang tak bertujuan.

Semoga jadi cerdas setelah membacanya, jangan lupa juga perbendaharaan katanya juga ditambah ya. Salam hangat, Amha!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun