Mohon tunggu...
Ameylin Ghania
Ameylin Ghania Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Menyukai bullet journaling

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Pentingnya Sensory Play Sebelum Belajar Membaca untuk Usia Golden Age pada Anak

4 Oktober 2024   21:17 Diperbarui: 4 Oktober 2024   21:18 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak yang beranggapan, semakin cepat pandai membaca dan menulis, maka anak akan semakin pintar. Tak sedikit dari para orang tua yang langsung memberikan buku kepada anak untuk ditamatkan, seringkali anak justru merasa bosan dengan rutinitas yang pasif dan tidak menyenangkan. Justru, anak harusnya diberi kegiatan yang mengindahkan proses dan tidak melulu berorientasi kepada hasil. Anggapan ini timbul karena membaca dan menulis adalah suatu proses kompleks untuk anak dapat berkomunikasi. Padahal, cara anak untuk berkomunikasi tidak selalu tentang membaca dan menulis tetapi mengenai kemampuannya dalam membaca situasi. Sejak lahir, anak membutuhkan pembentukan karakter dan bekal untuk menghadapi dinamika pembelajaran. 

Hal ini sejalan dengan masa golden age, yaitu 1000 hari emas kehidupan yang merupakan waktu krusial untuk anak dapat mengembangkan kemampuan sensorik melalui permainan yang dimodifikasi untuk belajar. Fondasi awal dalam tumbuh kembang anak adalah dengan memperbanyak pengalaman dan pembelajaran yang berbasis pada kreatifitas permainan sensorik. Permainan sensorik pada anak adalah kemampuan menafsirkan proses neurologis anak dalam memproses hal di sekitar dengan menggunakan seluruh panca inderanya. Menurut Jean Piaget, permainan sensorik membantu anak mencerna hal dalam kehidupan dengan melihat, meraba, menyentuh, merasakan, yang dapat membangun kepercayaan untuk memulai suatu hal baru.

Proses bermain sensorik yang merupakan tunggak dari kecerdasan anak berpengaruh pada kemampuan untuk melatih kemampuan berkomunikasi, kedekatan emosional dengan keluarga, kesadaran untuk mencoba hal baru, peka terhadap sekitar. Sensory play pada anak juga meningkatkan kemampuan kognitif untuk menangkap informasi dengan fokus saat melakukan aktivitas dengan terus melakukan eksplorasi dan  eksperimen. Kognitif juga meliputi perkembangan membaca dan menulis akan meningkat sejalan dengan kemampuan sensorik pada anak, semakin baik sensorik pada anak maka semakin baik pula kemampuan dalam mengolah bahasa untuk disampaikan saat berbicara. 

Beberapa contoh sensorik yang dapat dilakukan oleh anak adalah merasakan tekstur dan warna yang berbeda dengan pasir, playdough, lumpur, tepung, gula, garam sehingga anak dapat peka akan bentuk baru yang dilihat. Memasak dengan bahan dan alat untuk melatih kemampuan dalam merasakan dan mencium bau, mendengarkan musik untuk membangun semangat anak, memberikan opsi warna untuk mencari perbedaannya. Serangkaian kegiatan sederhana tersebut merupakan hal penting untuk mulai dilakukan kepada anak, karena akan membantu dalam proses tumbuh kembang ke arah yang lebih baik dengan mengutamakan sensoriknya.

Orang-orang dengan kemampuan yang hebat berhasil mengasah sensoriknya dengan baik sejak kecil, seperti halnya kesuksesan yang selalu dimulai dari hal kecil. Contohnya guru yang handal tidak hanya membaca ratusan buku, tapi yang dapat memahami perasaan muridnya, peka akan keadaan sekolah, dan keterampilannya dalam berkomunikasi. Kemudian, pelukis yang baik adalah bukan yang hanya menghafalkan teknik menggambar namun yang bisa memadukan pewarnaan dan metode supaya menghasilkan lukisan yang bagus. Dan seorang tenaga medis yang ahli dan terampil tidak lahir hanya dari tebalnya buku yang harus dihafal melainkan dari kemampuannya untuk merasakan emosi pasien, mengecek suhu pasien, melakukan tindakan dengan etik yang benar. Pencapaian yang terkesan luar biasa sebenarnya dituai sejak kita dilahirkan, proses tumbuh kembang menjadi faktor terpenting dalam membawa potensi diri, sehingga hal ini harus dilakukan sejalan dengan kemampuan sensorik yang baik dan mendasar pada anak.

Jika tidak mengasah sensorik anak sejak dini, maka anak akan kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dengan membaca dan menulis, menjadi kurang sensitif atau sangat sensitif saat merasa maksudnya tidak dipahami, tidak nyaman dengan lingkungan, kurang percaya diri, memiliki perilaku yang bermasalah, motorik yang buruk, tidak peka lingkungan. Jika anak sudah mengalami indikasi yang menunjukkan kurangnya kemampuan sensorik yang baik, maka salah satu cara yang bisa dilakukan adalah dengan terapi okulasi yang membantu anak dalam melakukan hal yang belum pernah terlaksana, dan anak akan dibimbing untuk melatih sensoriknya. Jadi, permainan sensorik pada anak sangat penting sebagai akar dari perkembangan anak untuk membaca dan menulis, karena anak yang pandai membaca dan menulis mungkin hanya jelas hasil akhirnya tetapi anak yang mampu mengimplementasikan adalah anak dengan sensorik yang terasah karena Ia mengindahkan prosesnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun