Mohon tunggu...
Muhammad Selamet Rifai
Muhammad Selamet Rifai Mohon Tunggu... Freelancer - Mad Rifa'i

Seseorang yang sedang, masih, dan akan terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gibah Juga Berfaedah

28 Januari 2020   23:59 Diperbarui: 9 Mei 2020   02:02 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bahkan hal yang dianggap unfaedah seperti ghibah pun ada faedahnya." 

Banyak yang bilang hidup terlalu singkat jika hanya diisi dengan hal-hal yang unfaedah. Hal itu memang benar. Kita tidak tahu kapan kita akan menghadap Sang Ilahi. Waktu hidup kita di dunia sangat singkat.

Filosofi jawa mengatakan "urip iku mung mampir ngumbe". Artinya, hidup itu ibarat beristirahat minum. Bisa dibayangkan betapa singkat hidup kita. Jarak hidup dan mati itu tidak terbentang jauh---ngeri juga ya bahas mati.

Untuk itulah, kita perlu mengisi hidup kita dengan hal-hal yang berfaedah. Namun, nyatanya kita lebih suka melakukan hal-hal yang unfaedah.

Ada banyak sekali hal-hal yang dianggap unfaedah jika dilakukan. Hal unfaedah itu pun ada yang dilakukan secara sendiri dan ada yang dilakukan secara kelompok.

Salah satu contoh hal unfaedah (yang dirasa) sering dilakukan adalah ghibah. Ghibah adalah bahasa lain dari ngerumpi atau ngegosip. Ngerumpi atau ngegosip adalah membicarakan orang lain, cenderung keburukan, tanpa sepengetahuan orang itu.

Mengutip dari Wikipedia, ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, sedang ia tidak suka (jika hal itu disebutkan). Baik dalam keadaan soal jasmaninya, agamanya, kekayaannya, hatinya, ahlaknya, bentuk lahiriyahnya dan sebagainya.

Caranya pun bermacam-macam, diantaranya dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang dipergunjingkan dengan maksud mengolok-olok.

Tak dapat dipungkiri bahwa ngerumpi atau ngegosip atau ghibah ini sudah menjadi kebiasaan dan hobi di masyarakat. Dari kalangan tua, muda, bahkan anak-anak tidak bisa lepas dari hal itu. Setiap kumpul, pasti membicarakan orang yang tidak ada di situ. Itu seperti suatu hal yang wajib jika sedang berkumpul. Banyak hal yang dibicarakan.

Hal-hal yang dibicarakan pun dianggap tidak bermanfaat atau unfaedah. Kenapa unfaedah? Karena yang dibicarakan kebanyakan adalah keburukan orang lain.

Satu sisi mendapat dosa, sisi lain waktu terbuang percuma. Ya, akan banyak yang bilang waktumu terbuang percuma jika hanya kau habiskan dengan berkumpul dan membicarakan hal yang tidak ada manfaatnya.

Orang-orang pasti akan berpendapat bahwa lebih baik waktumu digunakan untuk hal yang bermanfaat, misalnya bekerja, membaca, menulis, menghapus kenangan mantan. Atau jika kumpul pun membahas hal yang bermutu, misalnya membahas profesi, politik, keluarga, dan lain sebagainya.

Jika dianalisis lebih lanjut, saya cukup setuju jika ghibah mendapat dosa itu unfaedah. Yang namanya membicarakan orang lain pasti tidak baik dan akan mendapat dosa. Itu benar-benar unfaedah. Akan tetapi, saya kurang setuju jika ghibah hanya membuat waktu terbuang percuma. Kenapa?

Karena memang banyak yang memilih waktunya itu digunakan untuk ghibah. Tidak mungkin dong orang memilih melakukan hal yang tidak berguna.

Ya, memang jika waktunya bekerja digunakan untuk ghibah itu salah. Akan tetapi, jika ada waktu senggang dan orang-orang memilih untuk mengisinya dengan ghibah kan tidak bisa disalahkan juga.

Ghibah memang buruk, tetapi bukan berarti tidak ada sisi baiknya. Seperti kata pepatah "don't judge a book by its cover". Pasti semua sudah tahu artinya. Yang nampaknya buruk belum tentu dalamnya buruk, begitupun sebaliknya. Ada kok sisi baik dari ghibah. Jika ditinjau lebih lanjut, ada beberapa sisi positif dari ghibah.

Yang pertama adalah ghibah bisa menjadi teman penghibur. Setiap orang pasti punya beban hidupnya masing-masing. Mereka butuh teman dan hiburan untuk mengurangi beban hidup itu. Mereka pasti mencari teman untuk mengobrol.

Saat sudah mengobrol, sedikit banyak pasti membicarakan orang lain. Sedikit banyak, ghibah bersama teman bisa menghibur diri dari beban hidup yang ada.

Yang kedua adalah kita bisa lebih mengenali sosok teman kita. Saat berbicara, tiap orang pasti memiliki ekspresi dan mimik muka yang berbeda-beda. Begitupun saat ghibah, pasti tiap orang punya cara masing-masing dalam membicarakan orang lain. Ada yang menggebu-gebu, ada yang sambil mencemooh, mengolok-olok, ada pula yang kalem dan santai.

Dengan ghibah, kita bisa mengetahui sosok dan karakter dari teman kita. Bahkan bisa menjadi antisipasi bagi kita dalam bersikap kepada teman kita selanjutnya. Karena bukan tidak mungkin mereka akan membicarakan kita saat kita tidak sedang bersama mereka.

Yang ketiga adalah kita bisa lebih akrab dengan teman kita. Kita tidak selalu bisa berjumpa dengan teman kita, terutama teman kita waktu sekolah. Tiap orang pasti akan sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Teman yang seperti itu intensitas waktu temu dengan kita pasti terbatas. Dan tidak jarang temu yang terbatas itu diisi dengan ghibah. Itulah kenapa ghibah bisa lebih mengakrabkan kita dengan teman kita.

Yang keempat adalah kita bisa mengetahui informasi yang belum kita ketahui sebelumnya. Tentu saja informasinya berkaitan dengan orang yang sedang dibicarakan. Bisa jadi kamu tahu bahwa ternyata orang yang dibicarakan itu adalah mantan pacarmu. Hiya hiya hiya.

Yang kelima adalah dengan ghibah, kita bisa lebih mengerti arti kehidupan. Wah, bahasanya dalam banget ya. Memang benar, kita bisa lebih mengerti arti kehidupan. Filosofi Jawa mengungkapkan bahwa "Sejatine urip kuwi mung sawang sinawang". Maksudnya kurang lebih adalah hakikat hidup itu hanyalah persoalan bagaimana seseorang memandang/melihat sesuatu.

Jadi hidup adalah bagaimana kita memandang orang lain dan bagaimana orang lain memandang kita. Saat ghibah, kita bisa memandang dan menilai orang lain. Pun sebaliknya orang lain bisa memandang dan menilai kita. Jadi, tidak ada yang perlu benar-benar dibanggakan dari kita karena belum tentu orang lain pun memandang kita dengan bangga.

Sudah ada lima hal faedah dari unfaedah-nya ghibah. Wah, banyak juga ya ternyata. Intinya adalah hal yang buruk pun tidak serta merta kita nilai tidak ada kebaikannya sama sekali. Hal yang dianggap unfaedah juga ada faedahnya. Seperti ghibah yang unfaedah juga memiliki sisi yang berfaedah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun