Mohon tunggu...
Amer Sabili
Amer Sabili Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi

Universitas Negeri Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Life in Twenties

21 Oktober 2021   18:52 Diperbarui: 21 Oktober 2021   19:07 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kehidupan di usia 20an merupakan fase yang cukup sulit untuk Sebagian besar orang. Pada fase ini seorang individu kerap kali merasa gamang terhadap kehidupan serta masa depannya. Berakhirnya batas perkembangan masa remaja yang juga bersamaan terhadap munculnya tuntutan, tekanan, dan tugas individu yang semakin berat dan sulit tak jarang memicu stress. 

Masa transisi dari remaja menuju fase dewasa awal ini akan berpengaruh terhadap kehidupan individu kedepannya. Fase akhir remaja, seorang individu merasa sudah melalui masa remaja dengan baik tanpa hambatan, namun di sisi lain mereka belum siap untuk menjadi dewasa yang sebenarnya.

Arnett (2004) menyebutkan bahwa pada masa peralihan ini individu harus mempersiapkan diri dengan maksimal sebagai bekal untuk menuju masa dewasa, karena nantinya individu akan mendapat tuntutan yang lebih kompleks baik pengetahuan atau keterampilan untuk persiapan menjadi invidu yang dewasa. 

Masa-masa peralihan tersebut menurut Arnett terjadi Ketika masa ketergantungan di tahap remaja sudah selesai, namun di sisi lain belum tumbuhnya kemampuan individu untuk memikul tanggung jawab sebagai orang yang sudah memasuki usia dewasa membuat individu berusaha untuk lebih berkembang dan mendalami diri dalam hal pendidikan, karir, hubungan percintaan, relasi dengan orang lain dan pandangan individu terhadap kehidupan itu sendiri.

Robbins & Wilner (2001) dalam bukunya yang memperkenalkan konsep quarter life crisis, menjelaskan tentang kesengsaraan yang dihadapi individu ketika mereka dihadapkan untuk membuat pilihan dalam karir, finansial, pengaturan hidup, serta hubungan relasi dengan orang lain. 

Pada usia 20-an banyak individu yang mulai ragu dengan kompetensi yang dimiliki, perasaan bingung dan stagnan dengan tujuan hidup, serta membandingkan diri dengan orang lain yang sudah memiliki pencapaian lebih baik dari dirinya. Kondisi ini dalam dunia psikologis disebut sebagai quarter life crisis atau krisis pada rentan usia 20-30an tahun. 

Ini merupakan periode dimana seorang individu merasa cemas dan khawatir terhadap masa depan dan mulai mempertanyakan kembali apa yang menjadi tujuan hidupnya. 

Dalam menghadapi krisis ini umumnya individu belum memiliki kemampuan untuk menghadapinya, yang menyebabkan individu akan merasa ragu pada kemampuan diri mereka apakah mampu melaluinya dengan baik.

Jennyfer (2019) dalam sebuah artikel online helloSEHAT menyatakan bahwa individu pada usia dewasa awal rentan terhadap keraguan, cemas, stress, bingung dan gelisah terhadap pilihan dalam hidupnya. Hal ini terjadi karena munculnya rasa khawatir individu akan masa mendatang serta kualitas hidup seperti pendidikan, percintaan, pekerjaan, relasi dengan orang lain bahkan perihal keuangan. 

Pada kondisi ini individu mulai mempertanyakan hidup, kecewa dengan kehidupannya karena tidak sesuai dengan tujuan yang dimiliki, tidak memiliki motivasi serta rasa jenuh dalam menjalankan aktivitas namun tidak berani untuk keluar dari zona nyaman, merasa kecewa atas pencapaian yang stagnan, sering meragukan potensi diri, serta adanya tekanan dari lingkungan sekitar.

Rasa ketakutan yang muncul pada kehidupan menjadi salah satu pemicu stress pada fase peralihan ini. Bahkan ketika tingkat stress yang dirasakan cukup buruk hal tersebut akan mempengaruhi kesehatan fisik dan mental. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan dalam menjalani kehidupan di usia 20an.

Percaya pada potensi diri yang dimiliki.

Hal penting yang harus diingat ketika kita dihadapkan dalam dilema dan kebingungan akan masa depan yaitu kita harus percaya pada diri sendiri. Segala hal yang kini sudah anda gapai bukanlah hasil keberuntungan. Anda dapat mencapai posisi saat ini tentunya melalui kerja keras yang sudah anda lakukan. 

Membandingkan diri dengan pecapaian orang lain hanya akan membuat diri terjebak dalam perasaan gagal. Setiap manusia memiliki waktunya masing-masing dalam mencapai tujuan dalam hidupnya. Dengan yakin dan percaya bahwa kita mampu membawa diri kita menuju segala impian dan tujuan dalam hidup ini.

Fokus pada kebahagiaan diri sendiri

Ketika menjalani masa transisi memasuki usia dewasa awal tentunya kita akan banyak menerima respon respon sumbang dari orang lain yang kerap kali hal tersebut membuat kita merasa down. Ha lini sedikit banyak membuat seseorang yang berada di fase ini menjadi stess. 

Namun, kita tidak perlu terlalu menghiraukan hal tersebut, melainkan kita bisa lebih fokus dalam menginvestasikan hal-hal baik demi membangun pikiran positif. Melakukan hal yang kita sukai akan membuat kita lebih nyaman dalam melewati fase transisi ini.

Berani dan selalu mengeksplor passion

Pada usia 18-25 tahun merupakan waktu dimana kitab isa mengeksplor segala hal tanpa memikirkan tanggungan. Tidak adanya beban yang menjadi resiko dari kegagalan kita dalam mengerjakan sesuatu, harusnya mampu menjadi motivasi kita dalam menggali diri lebih dalam. 

Menghabiskan jatah gagal di usia muda merupakan sebuah perjalan yang sangat penting bagi seseorang, dimana ketika gagal kita dapat mengetahui apa yang menjadi kekurangan dan mengevaluasi hal tersebut di kemudian hari. 

Selagi masih muda, kita masih bisa mencoba dan gagal ribuan kali serta masih memiliki kesempatan. Be brave and take a first step to a world beyond your imagination.

Menyadari bahwa kita dicintai orang-orang di sekitar kita

Hal ini mungkin terlihat sepele dan kerap kali dilupakan namun ini adalah hal yang paling penting. Kita harus sadar bahwa ketika kita dihadapkan oleh masa-masa sulit, kita tidak sendirian. Orang-orang terdekat seperti keluarga, sahabat, atau bahkan pasangan adalah orang-orang yang selalu ada ketika kita merasa jatuh dan gagal. 

Ketika kita terpuruk oleh keadaan dan kita sadar bahwa kita mendapat dukungan dari orang-orang terdekat kita, mampu membuat kita terus berusaha dalam mencapai tujuan kita dan tidak ingin membuat mereka kecewa. Rasa bahagia yang dihasilkan dari dukungan juga akan membantu kita dalam menjalankan aktivitas apapun dengan baik.

Dalam menghadapi quarter life crisis disarankan kepada invidu untuk meminta bantuan kepada tenaga professional seperti psikolog, mengikuti pelatihan seminar atau workshop yang berkaitan dengan pengembangan diri, mempelajari pengelolaan stress dan kecemasan, serta mempelajari cara mengatasi perasaan dan pandangan negatif terhadap diri maupun permasalahan yang sedang dihadapi, berhenti membandingkan diri dengan orang lain, menjauhkan diri dari lingkungan yang memberikan dampak negatif, mulai menata dan menetapkan tujuan hidup. 

Individu pada fase usia dewasa awal disarankan untuk meningkatkan psychological well being dengan mengoptimalkan kondisi psikologis dan melakukan kegiatan yang positif, menikmati segala proses yang dialami, membangun hubungan harmonis dengan orang lain, memiliki kontrol yang baik atas diri sendiri. 

Mengkonstruksikan pikiran secara positif agar segala tindakan yang dilakukan mampu memberi manfaat; memotivasi diri agar mampu membangun keyakinan atas apa yang harus dilakukan dan dihindari; menguatkan diri dengan pemikiran yang yakin bahwa dapat mengatasi segala situasi dengan tenang; mampu memilih keputusan dalam bertindak, menghargai dan menikmati segala proses, serta menyesuaikan tujuan yang ingin dicapai dengan realita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun