Mohon tunggu...
Amerinny TriRezeki
Amerinny TriRezeki Mohon Tunggu... Freelancer - Panggil Rinny. Pernah mengajar taman kanak-kanak. Menulis di blog, buku antalogi, media online

Penulis, blogger

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Dampak Media Sosial dan Brainrot: Solusi Mengembalikan Kebiasaan Membaca di Tengah Gangguan Digital

6 Januari 2025   07:39 Diperbarui: 6 Januari 2025   07:39 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak membaca ebook, otak/pixabay.com

Brain root artinya pembusukan otak istilah yang ada di era digital yang populer baru-baru ini. Karena terlalu banyak melihat atau mengonsumsi konten dan kualitas rendah. Konten-konten negatif, menghabiskan waktu di dunia Maya secara berlebihan akan berdampak tidak baik pada kondisi psikologis, kognitif dan lainnya. Dilansir dari Wikipedia.org. Tahun 2024 tetapi sebenarnya sudah dari tahun 2023 sebagai meme, cerita lucu, tingkah-tingkah hewan yang aneh. Fenomena yang sering terjadi pada gen z berdasarkan penelitian dari Oxford University press. 

Pengaruh media sosial terhadap minat membaca memiliki dua sisi. Di satu sisi, media sosial menawarkan akses mudah ke berbagai bacaan digital seperti artikel pendek atau rekomendasi buku. Namun, di sisi lain, konten media sosial yang bersifat cepat, visual, dan penuh distraksi sering kali mengurangi fokus untuk membaca buku secara mendalam. Kebiasaan scrolling dan konsumsi konten instan dapat menurunkan kemampuan berpikir kritis serta minat pada literasi yang membutuhkan perhatian lebih, seperti membaca buku panjang atau materi yang mendalam. 

Riset "World's Most Literate Nations Ranked" oleh Central Connecticut State University pada Maret 2016 menempatkan Indonesia di peringkat ke-60 dari 61 negara dalam hal minat membaca, berada di bawah Thailand (59) dan di atas Botswana (61). 

Media sosial memiliki dampak negatif terhadap kemampuan berpikir mendalam, seperti:

Penurunan Konsentrasi: Konten pendek dan cepat membuat otak terbiasa dengan informasi instan, sulit fokus pada bacaan panjang atau tugas yang memerlukan pemikiran mendalam.

Gangguan Pola Berpikir: Overload informasi menyebabkan otak bekerja secara dangkal dan sulit menganalisis atau merenungkan.

Kemampuan Refleksi Berkurang: Kurangnya waktu untuk berpikir mendalam karena media sosial terus-menerus menuntut perhatian.

Stimulasi Berlebih: Dopamin instan dari media sosial mengurangi motivasi untuk mengeksplorasi ide atau informasi secara mendalam.

Dampak brainrot ada yang berdampak pada minat membaca bagi siswa, daya pikir berkurang. Saat mengalami masalah mereka cenderung untuk menghindari dan tidak mau menyelesaikan. 

1. Sulit berkonsentrasi. Terlalu banyak terpapar sosial media, layar kaca mereka akan merasa kesulitan untuk berkonsentrasi, kesulitan dalam mengingat dan memfokuskan diri, memperhatikan dengan seksama segala sesuatu. Pembusukan otak. Karena otak hanya ada di dalam satu aktivitas saja selama berjam-jam. Vera Itabiliana Hadi Widjojo S.Psi scrolling di media sosial, menonton konten yang tidak berkualitas baik. Tidak mendidik, konten-konten digital, mengakibatkan kondisi mental, intelektual seseorang menurun. Berpikir kritis dan mengambil keputusan, kecemasan berlebihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun