Mohon tunggu...
Amalia Adhandayani
Amalia Adhandayani Mohon Tunggu... Freelancer - Akademisi.

Mempelajari psikologi dan kepribadian manusia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Identitas Kolektif dalam Demonstrasi

30 Agustus 2024   11:10 Diperbarui: 30 Agustus 2024   12:07 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KOMPAS.com/Antonius Aditya Mahendra 

Demonstrasi Kawal Putusan Mahkamah Konstitusi yang terjadi pada 22 sampai 27 Agustus 2024 merupakan salah satu bentuk ekspresi ketidakpuasan masyarakat terhadap sikap DPR dan pemerintah yang merevisi UU Pilkada Nomor 10/2016 yang dianggap bertentangan dengan putusan MK. 

Aksi massa ini memunculkan pertanyaan mendasar tentang integritas dan komitmen pemerintah serta lembaga terkait dalam menjalankan keputusan hukum yang telah ditetapkan oleh Mahkamah Konstitusi. Demonstrasi ini menyoroti kekhawatiran publik tentang apakah aturan dan kebijakan yang dibuat benar-benar mencerminkan keadilan dan kepentingan rakyat, serta apakah proses demokrasi sedang dilemahkan oleh kepentingan tertentu. 

Secara umum, tujuan demonstrasi adalah untuk menyampaikan aspirasi, protes, atau tuntutan kepada pemerintah atau pihak berwenang lainnya. Demonstrasi sering kali dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap kebijakan yang dianggap tidak adil atau merugikan, untuk menuntut perubahan sosial atau politik, dan untuk memobilisasi dukungan publik terhadap suatu isu. Melalui aksi massa, demonstran berharap dapat memengaruhi kebijakan atau keputusan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu-isu tertentu. Lantas, apa saja faktor-faktor psikologis yang mendorong terjadinya demonstrasi? 

Demonstrasi dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti individu atau kelompok yang merasa tidak diakui hak-haknya atau tidak diwakili oleh pemerintah; munculnya perasaan terdiskriminasi; keinginan untuk melakukan perubahan; dorongan untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan setara; kemarahan yang disebabkan oleh ketidakadilan atau ketidakpuasan pemerintahan; dan merasa frustrasi karena upaya-upaya sebelumnya tidak membuahkan hasil. Selain itu, demonstrasi dapat menjadi cara bagi individu untuk merasa terhubung dengan kelompok yang lebih besar. Rasa solidaritas dan identitas kelompok juga dapat memperkuat motivasi untuk berpartisipasi dalam demonstrasi, karena merasa bagian dari perjuangan yang lebih besar. 

Dalam konteks demonstrasi, identitas kolektif berperan penting karena memperkuat solidaritas di antara para peserta. Individu yang merasa terhubung dengan kelompok tertentu lebih mungkin untuk terlibat dalam aksi kolektif, karena mereka melihat kepentingan dan perjuangan kelompok sebagai bagian dari identitas diri mereka. Identitas ini mendorong rasa tanggung jawab bersama dan meningkatkan motivasi untuk berpartisipasi dalam tindakan yang mendukung tujuan kelompok. 

Dalam kasus demonstrasi "Kawal Putusan MK," aspek identitas kolektif sangat jelas terlihat. Para demonstran, yang terdiri dari mahasiswa, aktivis, dan masyarakat umum, merasa terhubung oleh tujuan bersama untuk menegakkan keadilan dan menjaga integritas proses demokrasi di Indonesia. Identitas kolektif ini terbentuk karena mereka semua berbagi perasaan ketidakadilan terhadap revisi UU Pilkada yang bertentangan dengan putusan MK. Solidaritas di antara mereka diperkuat oleh keyakinan bersama bahwa keputusan MK harus dihormati dan dilaksanakan dengan benar. Rasa kebersamaan ini memberikan mereka kekuatan dan motivasi untuk terus beraksi hingga tuntutan mereka didengar. 

Dalam kesimpulannya, identitas kolektif merupakan kekuatan pendorong utama di balik berbagai gerakan demonstrasi yang kita saksikan. Ketika individu berkumpul berdasarkan kesamaan identitas, mereka tidak hanya memperjuangkan kepentingan pribadi, tetapi juga memproyeksikan aspirasi dan kebutuhan kelompok mereka. Memahami dinamika identitas kolektif ini sangat penting, karena ia membuka wawasan tentang akar permasalahan sosial yang lebih mendalam dan kompleks. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang faktor-faktor yang memotivasi gerakan kolektif, kita dapat merancang solusi yang lebih tepat dan efektif, yang tidak hanya menanggapi gejala, tetapi juga menyentuh inti dari masalah sosial yang ada.

Referensi:

Kann, C., Hashash, S., Steinert-Threlkeld, Z., & Alvarez, R. M. (2023). Collective identity in collective action: evidence from the 2020 summer BLM protests. Frontiers in Political Science, 5, 1185633.

Snow, D.A., Corrigall-Brown, C., (2015). Collective Identity. In: James D. Wright (editor-in-chief), International Encyclopedia of the Social & Behavioral Sciences, 2nd edition, Vol 4. Oxford: Elsevier. pp. 174–180.

CNN Indonesia. (2024, Agustus 26). Mahasiswa Demo di Depan DPR Lagi, Kawal Putusan MK. CNN Indonesia.com. Diakses dari https://www.cnnindonesia.com/nasional/20240826153540-20-1137637/mahasiswa-demo-di-depan-dpr-lagi-kawal-putusan-mk

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun