Mohon tunggu...
Amalia Adhandayani
Amalia Adhandayani Mohon Tunggu... Freelancer - Akademisi.

Mempelajari psikologi dan kepribadian manusia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Beda Budaya, Beda Pula Penyebab Belanja Impulsif

11 Desember 2018   23:36 Diperbarui: 20 Mei 2022   23:13 1855
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Infografis oleh penulis @amemalia

Penjabaran diatas terkait dengan perilaku pembelian impulsif yang juga diakui sebagai fenomena di Amerika Serikat. Sekitar 80% pembelian impulsif menjadi sumbangsih dari semua pembelian dalam kategori produk tertentu, yang kemungkinan disebabkan oleh perkembangan teknologi dan internet. Hal ini dianggap mampu meningkatkan aksesibilitas konsumen ke produk dan kemudahan layanan konsumen di budaya individualis.

Dibandingkan konsumen di Inggris dan Afrika Selatan, Amerika Serikat cenderung lebih impulsif. Hal ini pun didukung oleh penelitian di Pakistan yang dilakukan Bashir, Zeeshan, Sabbar, Hussain & Sarki (2013) yang menunjukkan bahwa perilaku pembelian impulsif memiliki hubungan negatif dengan kepemilikan tabungan dan budaya kolektivisme, yang membuktikan bahwa pembelian impulsif lebih erat dengan budaya individualistik dibandingkan dengan budaya kolektivis. 

Selain itu, penelitian lain yang membandingkan budaya individualis (Australia dan Amerika Serikat) dan budaya kolektivis (Hong Kong, Singapura, dan Malaysia) menunjukkan bahwa sifat membeli impulsif juga berasosiasi kuat pada kelompok individualis dibandingkan kelompok kolektivis.  

Di sisi lain, penelitian yang dilakukan Maram dan Kongsompong juga membandingkan keputusan yang dibuat oleh konsumen dalam membeli secara impulsif di negara individualis seperti Amerika Serikat dan Australia, serta negara kolektivis seperti India, Thailand dan Taiwan. 

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa negara kolektivis lebih rentan terhadap pengaruh sosial dalam pembelian impulsif dibandingkan konsumen di negara-negara individual. Lebih lanjut, pembelian impulsif pada budaya kolektivis seperti di India dipengaruhi oleh orangtua, teman dekat dan penjual. 

Pembelian impulsif pun lebih cenderung dilakukan untuk orang lain, seperti pasangan dan anak-anak dibandingkan diri sendiri, yang didukung oleh adanya konsep kolektivis relasional yang diterapkan oleh penduduk India. Lain halnya di Pakistan, pembelian impulsif cenderung diprediksi oleh rasa aman, kepuasan hidup, peran gender, dan keputusan finansial konsumen. 

Sedangkan, penelitian di Vietnam menunjukkan bahwa individualisme, usia, dan gaji adalah faktor yang mendorong perilaku pembelian impulsif.

Penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan di budaya individualis seperti Inggris menunjukkan bahwa pembelian impulsif dipengaruhi oleh suasana hati dan perasaan emosional  konsumen, sifat membeli impulsif, identitas diri dan faktor demografis seperti usia. 

Penelitian yang dilakukan Rook dan Gardner di tahun 90-an juga menunjukkan bahwa suasana hati yang baik cenderung mengarahkan konsumen pada perilaku pembelian impulsif, meskipun pembelian impulsif terjadi saat konsumen mengalami dua jenis suasana hati (bad mood and good mood), sedangkan eksperimen yang dilakukan Luo di Texas menunjukkan bahwa pembelian impulsif cenderung meningkat ketika konsumen berbelanja dengan teman sebaya dan menurun ketika konsumen berbelanja dengan keluarga.  

Selain itu, gaya hidup dan ketersediaan kredit telah meningkatkan pembelian impulsif secara dramatis dan muncul secara luas di berbagai ritel, sehingga menciptakan lingkungan belanja yang menarik dan penting untuk meningkatkan penjualan melalui pembelian tidak terencana (Abratt dan Goodey, 1990). 

Sistem nilai budaya mencakup unsur-unsur budaya yang dimiliki orang-orang dengan kelompok mereka, serta nilai idiosinkratik. Budaya dalam kehidupan sosial. subkultur regional, serta nilai-nilai dalam keluarga mempengaruhi pembentukan nilai individu, sehingga orang dapat mengambil manfaat dan batasan dalam budaya tertentu dan hal ini dapat menjadi pengaruh besar dalam keputusan pembelian mereka (De Mooij, 2010). 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun