Mohon tunggu...
Siti Amalia
Siti Amalia Mohon Tunggu... Administrasi - SMPN 17 Kota Bogor

Ketua IGI Kota Bogor

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelajaran TIK di Sekolahku

10 Juni 2015   20:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:07 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang paling mencengangkan adalah ada 1 siswa di kelas VIIA yang baru pertama kali mengoperasikan komputer. Waduh… secara tahun 2015 gitu loh dan tinggal di Kota Bogor, di mana tak jauh dari Jakarta. Saya sampai tanya bagaimana pembelajaran dan tugas-tugas ketika di SD. Siswa tersebut mengatakan bahwa pembelajaran di SD tak mengharuskan mencari di internet dan tak pernah menugaskan yang berhubungan dengan computer. Ketika ditanya apakah di sekolahnya terdapat laboratorium computer, ia berkata tak terdapat laboratorium computer.

Saya berharap ketika mengajar TIK di kelas VIIB mendapatkan hal yang lebih baik. Ternyata eh ternyata… sama saja, bahkan anak-anak yang belum pernah mengoperasikan computer ada 3 orang. Hiks…

Di sinilah saya merasa sedih. Saya jadi berpikir, yang tadinya saya cuek banget dengan demo-demo TIK, sekarang saya menjadi lebih peduli. Bagaimana siswa bisa pandai mengoperasikan computer, bila tidak difasilitasi dengan sarana yang memadai serta guru-guru yang mumpuni. Memang pada kurikulum 2013, mata pelajaran TIK diaplikasikan pada semua mata pelajaran. Hal itu tak menjadi masalah bila gurunya bisa mengaplikasikan mata pelajaran TIK pada pelajaran yang diampunya, bila gurunya tidak bisa maka siswa yang terkorbankan. Kemudian bila siswa membawa laptop masing-masing atau di sekolah tersebut terdapat laboratorium computer minimal 2 buah laboratorium komputer, maka pembelajaran menggunakan kurikulum 2013 akan berjalan lancar. Tetapi penerapan kurikulum 2013 tidak dibarengi dengan kondisi sarana prasarana yang memadai. Sehingga rasanya seperti menggapai harapan yang kosong.

Ketika tantangan (saya senang menyebutkannya dengan kata TANTANGAN daripada MASALAH) di kelas TIK terjadi di Kota Bogor (yang notabene dekat dengan Jakarta), saya jadi berpikir bagaimana pembelajaran TIK di sekolah-sekolah biasa yang ada di pedalaman atau di pulau-pulau terpencil.

Dengan kondisi siswa dan kondisi sarana prasarana yang ada, apakah mereka pada pelajaran TIK hanya ditugaskan mengisi LKS saja? Bukan kah TIK itu harus lebih banyak prakteknya?!

Dengan yang saya alami di kelas TIK, saya memberi masukan kepada para pembuat kebijakan, bila membuat suatu keputusan, diujikan dulu pada sekolah-sekolah untuk ekonomi menengah ke bawah dan yang berada di daerah terpencil. Karena Indonesia itu luas bukan hanya Jakarta saja. Ini sangat penting karena bagaimana Indonesia bisa maju bila generasi mudanya tak melek teknologi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun