Hal itu mesti Anda lakukan. Jika tidak, uang dari gaji atau penghasilan Anda seperti masuk ke dalam karung bocor. Berapa pun yang masuk sebegitu juga yang habis. Akibatnya, masa depan Anda tidak terjamin.
Apa saja yang mesti Anda rencanakan dari gaji atau penghasilan Anda?
Pertama, dana pernikahan. Bagi yang sedang berpacaran atau tengah menjalin relasi hati menuju kursi pelaminan, dana pernikahan merupakan hal yang mutlak direncanakan. Kalau tidak begitu, impian menikah bisa-bisa sebatas angan-angan belaka.
Kedua, punya rumah. Setelah menikah, semua pasangan pasti ingin memiliki rumah. Itu sebabnya ada istilah rumah tangga. Di sanalah harapan dirumahkan dan doa ditanggakan. Tanpa rumah, sepasang suami-istri bisa basah kuyup dicecar hujan atau kering kerontang dilekang panas.
Ketiga, dana darurat. Dana darurat mesti kita sisihkan setiap bulan. Ketika jatuh sakit atau tertimpa musibah, dana berobat atau bea rawat inap sudah tersedia. Dengan begitu, kita akan terhindar dari adagium “jatuh sakit jatuh miskin”.
Keempat, biaya pendidikan. Setiap pasangan jelas ingin punya keturunan. Punya anak pasti akan mengindahkan dan menyenangkan suasana di rumah. Namun, anak kita kelak membutuhkan pendidikan. Nah, biaya pendidikan selalu meningkat setiap tahun. Inilah perlunya dana pendidikan.
Kelima, dana pensiun. Tubuh setiap manusia pasti punya limit daya. Suatu ketika kita tubuh meminta kita berhenti bekerja. Masa tua pasti akan tiba di depan mata. Jikalau tidak dipersiapkan dari sekarang, kita tidak bisa membayangkan akan seperti apa kondisi kita saat tua renta nanti.
Saya memilih M2U ID sebagai asisten pribadi. Tentu saja M2U merupakan pilihan yang tepat dan amat bijak. Bayangkan saja seandainya Anda seorang pria muda bergaji lumayan, tetapi gagal mengatur dan menata keuangan.
Pikirkan andai kata kebiasaan Anda seperti ini: (1) tiap hari hangout; (2) ongkos ngopi per bulan nyaris setara dengan sewa apartemen sebulan; (3) ponsel keluaran teranyar otomatis singgah di genggaman; (4) hobi traveling yang tidak bisa dikendalikan.
Begitu hendak menikah, tabungan nihil. Gara-gara tidak punya uang, biaya pernikahan didapatkan dari pengajuan pinjaman ke bank. Cicilan bulanan belum kelar, utang baru demi KPR sudah tiba. Tidak lama kemudian, istri sudah harus masuk rumah sakit bersalin. Terpaksa pinjam ke bank lagi.
Cicilan bea menikah, angsuran rumah, dan biaya bersalin belum juga selesai, anak harus masuk sekolah. Anak sulung masuk sekolah, istri melahirkan lagi. Karena letih mengurus dan mengantar dua anak ke sana-sini, istri minta kredit mobil. Akan selalu ada kebutuhan yang muncul seketika.
