Aku tahu batasan-batasan yang harus aku lalui. Perbedaan seperti pisau bedah yang mengancam kedekatan kita: statusku sebagai janda gantung karena suami yang kawin lagi dan agama kita yang berbeda. Tetapi perasaanku kepadamu makin menjalar, sekalipun aku tahu bahwa ujung perjalanan kisah kita akan seperti apa: Penuh luka.
Barangkali ada skenario kedua yang diberikan Tuhan kepadaku. Skenario untuk membentuk diriku agar makin kuat menjalani kehidupan dan mengikhlaskan segala yang telah ditentukan oleh-Nya.
Sebenarnya Tuhanku dan Tuhanmu Maharomantis. Ia melimpahi kita dengan anugerah cinta. Ia memaklumi perasaan kita. Akan tetapi, bagaimana dengan orang lain di sekitar kita? Bukankah masih banyak di antara kita yang tidak bisa menerima penyatuan hati antaragama? Apakah mereka akan tetap tersenyum melihat kita bergenggaman sekalipun mereka tahu agama kita berbeda? Tidak mungkin!
Jika kamu merasa bahwa aku terlalu banyak berharap, maafkanlah. Jika kamu merasa bahwa harapan agar kamu sudi menemaniku terlalu membebanimu, maafkanlah. Jika kamu merasa bahwa masa laluku terlalu memberatimu, maafkanlah. Jika kamu mendapati diriku tidak seperti yang kamu inginkan, maafkanlah.
Aku pasti banyak kelemahan dan kekurangan. Apa pun itu, mari kita bicarakan baik-baik. Kelak juga begitu. Tiap-tiap masalah muncul, baik besar maupun kecil, mari kita bicarakan baik-baik. Mari kita tumbuh bersama. Mari kita rayakan pahit getir bersama. Bahkan seandainya kamu mengira berpisah denganku adalah jalan terlapang, mari kita bicarakan baik-baik.
Seandainya nanti kautemukan perempuan selain aku yang mampu memikat hatimu, silakan pergi. Bahkan seandainya dalam kepergianmu ternyata kamu dilukai, kembalilah. Lenganku selalu menyediakan pelukan untukmu. Aku selalu ada untukmu.
Tetapi jika Tuhan menghendaki skenario berbeda, ternyata kamu dan aku masing-masing menemukan seseorang yang tepat, biarkan kukenang kamu sebagai lelaki tangguh yang rela terluka demi kebahagiaan perempuannya. Sementara kamu, kenanglah aku sebagai perempuan yang pernah kauperjuangkan dengan penuh air mata.
Terima kasih atas waktu, pikiran, dan tubuhmu yang selalu menguatkanku. Semoga segera kutemukan kembali diriku agar aku tiba di pelukanmu secara utuh. Bukan aku yang sekarang dengan segala beban masa laluku.
Dari perempuan yang menyayangimu,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H