1
Aku rindu rendang Ibu.
2
Pada ulang tahun kesebelas, ketika kali pertama darah menstruasi menakutiku, Ibu mengajakku belajar memasak rendang. Perempuan harus mahir memanjakan lidah lelaki, kata Ibu.
Saat itu aku tidak ingat apa-apa, selain lezat rendang masakan Ibu dan darah di pangkal paha yang bikin gatal-gatal.
3
Enam tahun setelahnya, menjelang Lebaran, Ibu menuntunku ke dapur. Kata Ibu, aku mesti lebih bergairah dalam urusan memasak. Katanya lagi, gairah bukan di ranjang saja. Sebaiknya dapur juga dihiasi berahi, biar lelakimu tidak mencintai masakan perempuan lain.
Nahasnya, hari itu ingatanku lekat pada lelaki yang berkali-kali melumat bibirku.
4
Ibu punya 69 cara memasak rendang. Sementara aku, pada ulang tahun ketujuh belas itu, hanya sempat mencatat empat hal:
Satu: Rebus daging bersama sebatang sendok tembaga. Biar lunak dan empuk. Aku mengira Ibu bercanda. Ternyata tidak. Sendok tembaga rupanya pengantar panas dan daging akan melembut karenanya.
Dua: Ambil serai memar, kunyit pipih, lengkuas geprek, dan bumbu halus. Satukan mereka--seperti Rama dan Sinta menyatukan hati--lalu tumis hingga aromanya menggelitik hidung.
Tiga: Masukkan daging dan tumis sepenuh cinta--seperti cinta Qays kepada Layla--terus begitu hingga daging setengah matang. Takar dengan imbang antara perasaan dan pikiran.
Empat: Tuangkan santan secukupnya--secukup kesetiaan Romeo kepada Juliet--dan aduk rata hingga daging benar-benar matang.
5
Enam tahun setelahnya kucari-cari catatan itu. Dulu aku lupa di mana catatan itu kusimpan. Cinta memang sering membuatku mementingkan yang remeh dan meremehkan yang penting.
Yang kuingat, hari itu kubiarkan hatiku sibuk mengingat-ingat lelaki yang enam tahun lalu membakar bibirku dan enam tahun berikutnya membuatku ingin sekali merobek-robek bibirnya.
6
Pada Desember 2015, sepasang suami istri menembak mati 14 orang di San Bernardino, California, sebelum keduanya tewas setelah baku tembak dengan polisi. Pada hari yang sama, menjelang ulang tahunku yang kedua puluh tiga, ibumu memintaku memasak rendang untuknya.
Maka berbekal ingatan secukupnya dan cinta sepenuhnya, aku ke rumahmu. Di meja makan, senyum ibumu seperti sendok tembaga bagi daging--melunakkan cemas di dadaku.
7
Dua tahun kemudian, hari ini, di rumah kita, setelah berumur seperempat abad, aku kangen pada rendang Ibu.
Aku ingat sesuatu. Ibu punya 69 cara untuk memasak rendang, tetapi aku cuma ingat satu cara: memasak untukmu sepenuh-penuh cinta.
2017
Amel Widya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H