Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidyaa Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Tungku Berahi di Dapur Ibu

18 Mei 2019   21:44 Diperbarui: 18 Mei 2019   21:46 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua: Ambil serai memar, kunyit pipih, lengkuas geprek, dan bumbu halus. Satukan mereka--seperti Rama dan Sinta menyatukan hati--lalu tumis hingga aromanya menggelitik hidung.

Tiga: Masukkan daging dan tumis sepenuh cinta--seperti cinta Qays kepada Layla--terus begitu hingga daging setengah matang. Takar dengan imbang antara perasaan dan pikiran.

Empat: Tuangkan santan secukupnya--secukup kesetiaan Romeo kepada Juliet--dan aduk rata hingga daging benar-benar matang.

5

Enam tahun setelahnya kucari-cari catatan itu. Dulu aku lupa di mana catatan itu kusimpan. Cinta memang sering membuatku mementingkan yang remeh dan meremehkan yang penting.

Yang kuingat, hari itu kubiarkan hatiku sibuk mengingat-ingat lelaki yang enam tahun lalu membakar bibirku dan enam tahun berikutnya membuatku ingin sekali merobek-robek bibirnya.

6

Pada Desember 2015, sepasang suami istri menembak mati 14 orang di San Bernardino, California, sebelum keduanya tewas setelah baku tembak dengan polisi. Pada hari yang sama, menjelang ulang tahunku yang kedua puluh tiga, ibumu memintaku memasak rendang untuknya.

Maka berbekal ingatan secukupnya dan cinta sepenuhnya, aku ke rumahmu. Di meja makan, senyum ibumu seperti sendok tembaga bagi daging--melunakkan cemas di dadaku.

7

Dua tahun kemudian, hari ini, di rumah kita, setelah berumur seperempat abad, aku kangen pada rendang Ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun