Tidak usah kita tanyakan alasan mengapa mereka ngebet naik mobil pribadi. Biasanya mereka sudah punya argumen nyelekit semisal mobil sendiri yang dibeli sendiri, ya, suka-suka kami dalam menggunakannya.Â
Dua anaknya yang masih remaja dan belum layak secara hukum memakai sepeda motor pun sudah ke sekolah naik motor. Dengan kata lain, orangtuanya tanpa sadar sudah mendidik anak untuk melawan hukum sejak masih remaja. Ini mungkin dianggap sepele bagi sebagian orang, sungguhpun akibatnya fatal.
Ada juga tetangga saya yang penghasilannya pas-pasan, tetapi memaksakan diri mencicil sepeda motor. Kita tentu sudah maklum bahwa mengangsur motor bukan perkara sulit. Ada uang Rp500.000,00 saja sudah cukup untuk uang panjar. Kendatipun tempat kerjanya lumayan jauh, ia rela berpayah-payah meninggalkan rumah sejak pukul lima pagi supaya tiba tepat waktu di tempat kerjanya.
Jika kita sudi meluangkan waktu untuk merenung, sebenarnya naik kendaraan pribadi itu lumayan menyiksa. Coba simak gambar berikut.
Bayangkan andaikan kita naik mobil pribadi. Mestinya masih bisa berleha-leha di rumah, subuh-subuh terpaksa sudah harus berangkat. Tahu-tahu di jalan terperangkap macet. Telinga bising akibat sahut-sahutan klakson. Masuk tol harus bayar, bensin mesti penuh, tiba di tujuan harus cari parkiran. Melelahkan.Â
Belum lagi kalau ada pemotor yang menyenggol kaca spion, lalu bertengkar dan ribut tiada henti, lalu kesal atau mendongkol setengah mati, lalu telat tiba di kantor, dan akhirnya disembur atasan yang sedang jengkel setengah mati. Melelahkan.
Peradaban Baru dalam Bertransportasi
Jika kita mau menimbang-nimbang untung rugi, kata "selamat tinggal" sudah cocok kita ucapkan pada kebiasaan kita menggunakan kendaraan pribadi.
Berdasarkan infografis di atas kita dapat melihat fakta bahwa sekarang sudah tersedia banyak pilihan untuk menggunakan transportasi massal. Tinggal bisa-bisanya kita saja mencari informasi dan memilih mana yang tepat kita gunakan. LRT Jakarta, misalnya, merupakan pilihan cerdas yang dapat kita pertimbangkan. Selain integrasi stasiun dengan moda transportasi lain di Jakarta, LRT juga menjamin ketepatan waktu.
Dengan demikian, kita bisa terhindar dari ancaman "tua di jalan".