Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidyaa Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Boy Candra, Novel Remaja, dan Minat Baca

22 Februari 2019   20:17 Diperbarui: 23 Februari 2019   16:07 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Malik & Elsa - Gramedia.com

Kelima, memperkaya otak. Ketika kita membaca berarti kita sedang menimbun "harta karun kosakata" ke dalam benak. Kosakata itu dapat memengaruhi kemampuan berkomunikasi kita, baik verbal maupun nonverbal, sehingga gagasan kita tersampaikan dengan baik. Carol Fitzgerald, peneliti dari Book Report Network, menegaskan bahwa cerita pada sejumlah halaman novel akan membuka dan menyingkap pikiran pembaca.

Berdasarkan lima manfaat membaca novel tersebut, sangatlah bijak apabila kita mendukung gairah remaja untuk membaca novel alih-alih mengolok-olok apa yang mereka baca. Sudah untung mereka mau membaca.

Biarkan mereka tumbuh seperti akar, merambat ke mana-mana di dalam tanah, lalu menyebar makanan ke batang demi menyuburkan pohon.

Tentang Kelemahan Novel Remaja

Mengingat pentingnya kehadiran novel remaja dalam menumbuhkan minat baca kaum remaja, mestinya penulis, penyunting, dan penerbit lebih berhati-hati dalam mengemas novel. Harus disadari bahwa kekuatan fiksi terkandung sama besarnya dalam apa yang disiratkan dan apa yang disuratkan. Dengan kata lain, kekuatan fiksi itu terletak dalam ruang antarkata dan dalam kata-kata itu sendiri.

Terkait Malik dan Elsa, terdapat ketaktepatan penulisan ejaan dan ketakakuratan pemilihan kata. Sebenarnya kekurangan serupa hampir menimpa semua novel remaja, termasuk bacaan remaja yang bertebaran di internet.

Khusus kecermatan pengaitan kisah, Malik dan Elsa lolos dari cacat lubang pengisahan. Latar waktu, tempat, dan sejarah tertata dengan baik. Namun, Malik dan Elsa sarat akan kesalahan dalam urusan ketepatan penulisan ejaan dan keakuratan pilihan kata.

Mari kita sisir isi novel ini.

  1. Pada halaman 12 terdapat kata "pintas" dan kata "lanjut" di halaman 23 di akhir dialog. Kedua kata tersebut tidak tergolong ungkapan yang bersinonim dengan katanya, ucapnya, sahutnya, atau ujarnya, sehingga keliru bila dipakai sebagai penanda akhir petikan dialog.
  2. Terdapat tanda koma (,) di halaman 23 pada petikan yang mestinya sudah diakhiri dengan tanda titik (.). Hal serupa terjadi pula pada halaman 2, 6, 9, 12, 39, 41, 68, dst.
  3. Berikut contoh dialog pada halaman 6. "Iya," jawabku tenang, "Jengkol adalah penyebab penjajah datang ke Indonesia." Kata tenang sudah diikuti tanda koma (,) sehingga jengkol seharusnya tidak didahului dengan huruf kapital. Seharusnya: "Iya," jawabku tenang, "[j]engkol adalah penyebab penjajah datang ke Indonesia."  Beda perkara bila tenang diikuti oleh tanda titik (.) seperti contoh ini. "Iya," jawabku tenang[.] "Jengkol adalah penyebab penjajah datang ke Indonesia."  
  4. Alih-alih memakai kata bajay yang lumrah digunakan orang, dalam Malik dan Elsa tertera kata bajaj yang sesuai dengan EBI. Sayang sekali, pada sisi lain ada kata mall (mestinya mal) atau saut (seharusnya sahut).

Itu hanya sedikit di antara kesalahan dasar yang tidak sedikit. Kesalahan serupa juga terjadi dalam banyak novel remaja. Kebetulan saja saya tengah mengulik Malik dan Elsa setelah membacanya dengan riang hati.

Mungkin kekeliruan seperti itu bukan perkara besar bagi segelintir orang. Padahal, berbahaya. Kenapa? Pembaca yang notabene didominasi kalangan remaja boleh jadi mengira cara penulisan seperti itu sudah benar, kemudian mereka tiru maka tersesatlah mereka.

Penulis, penyunting, dan penerbit barangkali tanpa sengaja melakukan dua kesalahan yang dapat: menjerumuskan pembaca sekaligus mengancam keselamatan bahasa Indonesia. Kesalahan tersebut mestinya bukan tanggung jawab penulis belaka, sebab ada penyunting dan pemeriksa aksara yang bertugas secara khusus untuk menghindari kekeliruan sereceh itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun