Mohon tunggu...
Amel Widya
Amel Widya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PPNASN

Perempuan Berdarah Sunda Bermata Sendu. IG: @amelwidyaa Label Kompasiana: #berandaberahi

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Boy Candra, Novel Remaja, dan Minat Baca

22 Februari 2019   20:17 Diperbarui: 23 Februari 2019   16:07 1326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ramuan plotnya sederhana, konflik ditata lewat dialog dan ala kadar narasi, serta akhir cerita yang sengaja digantung. Latar peristiwa dalam Malik dan Elsa juga ringan. Sebatas dunia remaja. Pada beberapa bagian, Boy (selaku pengarang) mengkritik kondisi bermasyarakat dan berbangsa.

Sebagai novel remaja, Malik dan Elsa patut dibaca oleh khalayak. Bukan hanya pembaca remaja, melainkan pembaca dewasa yang barangkali ingin bernostalgia. Saya, misalnya.

Itu sebabnya saya tabalkan novel setebal 188 halaman ini sebagai bacaan yang lentur. Mengapa lentur? Sekalipun Malik dan Elsa menyasar pembaca remaja, bukan berarti pembaca yang beranjak dewasa atau telah dewasa tidak cocok membacanya.

Tinjauan (review) novel
Tinjauan (review) novel

Malik dan Elsa juga termasuk bacaan yang renyah. Keriuhan suasana kampus dan keriangan masa muda dapat membuat pembaca cengar-cengir, kekonyolan tokoh yang berpotensi mengantar pembaca pada laku cengengesan, atau malah menertawai diri sendiri karena merasa pernah melakukan ketengilan serupa semasa remaja.

Terakhir, Malik dan Elsa tergolong bacaan yang menghibur. Tidak bisa dimungkiri, salah satu alasan pembaca meluangkan waktu bertualang dari halaman ke halaman dalam sebuah novel ialah demi mengalihkan diri dari penat hidup sehari-hari. Novel ini memenuhi unsur tersebut lantaran alir cerita dipenuhi kekonyolan yang jalin-menjalin.

Saya tidak akan membocorkan alir kisah atau alur cerita novel ini, tidak. Biarkan pembaca lain bersua sendiri dengan pilinan nasib Malik dan Elsa, dua tokoh utama dalam novel ini.

Tentang Novel Remaja dalam Belantika Sastra Indonesia

Tidak sedikit teman yang mencibir ketika saya membaca novel remaja tatkala usia saya sudah tidak remaja. Seolah-olah novel remaja tabu dibaca oleh pembaca dewasa. Bagi saya, apa pun bacaan kita tetap berfaedah selagi kita mampu mengungkit pesan tersirat atau tersurat dari bacaan tersebut.

Dengan kata lain, bacaan hanyalah jembatan. Agar saya bisa pindah ke seberang, hal pertama yang mesti saya lakukan adalah melangkah untuk menyeberang. Pembaca yang arif akan menyarikan bacaan, mengendapkan kisahan, lalu menemukan teladan.

Sebuah novel remaja, termasuk Malik dan Elsa, sejatinya sangat berguna untuk merangsang minat baca kaum remaja. Ketika kita belajar mengendarai sepeda, kita mesti melatih keseimbangan dulu sebelum mengayuh kereta angin itu dengan kencang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun