1
Di diskotek, ia duduk sendirian. Tanpa rokok, bir, dan ekstase. Kepalanya mengangguk-angguk, matanya mengedip-ngedip, jemarinya mengibas-ibas asap rokok yang bergulung-gulung mendekati wajahnya.
Sepasang lelaki berpelukan di pojok kiri; sepasang wanita berciuman di pojok kanan; seorang lelaki paruh baya, di depannya, meremas tetek gadis--yang lebih kecil dari payudaranya.
2
Di taksi, ia ingin sekali mencongkel mata supir yang jelalatan mengintai pangkal susunya. Hingga turun, mata si supir bagaikan sepasang tangan kudisan tengah menggerayangi sekujur tubuhnya.
Sebelum membanting pintu taksi, ia melihat pantat lelaki buncit di belakang setir itu bagai duduk di kursi berkutu.
3
Di gang menuju rumahnya, masjid sudah terjaga. Muazin baru saja memanggil-manggil jemaah. Para tetangga, yang bergegas ke masjid dan berpapasan dengannya, serentak kasak-kusuk sambil melirik kepadanya. Sebagian meneguk ludah, sebagian lagi mencebik.
Jemaah perempuan bisik-bisik seperti kawanan semut merayakan temuan sebutir gula. Tiba-tiba mereka menjadi hakim dengan mata paling palu.
4
Di rumah, kantuk sudah menanti. Tetapi anaknya harus sarapan sebelum ke sekolah. Belajar akan berat kalau perut kosong. Ia masih menahan kantuk ketika mengantar anaknya hingga ke pagar.
Kepalanya mendadak pengar. Layaknya batang pisang, ia tersungkur ke tanah. Gedebuk tubuhnya mengalahkan derum motor. Tetangga-tetangga berlarian meninggalkan tukang sayur.
5
Di beranda, belajar sabar paling sulit selagi sakit. Apalagi kala seorang ibu berkerudung sepinggang mulai berceloteh. Sakit itu pengurang dosa, katanya dengan mata seperti polisi penyelidik.
Seorang lagi berkata dengan ketus. Makin lama sakit diderita, makin banyak dosa berkurang. Ia tercenung. Ia tahu itu. Ia pun setuju sekaligus tidak setuju. Walau hatinya terkoyak dan berderak, ia tetap tersenyum.Â
6
Di kamar, ia buru-buru mendatangi Tuhan. Dengan suara pelan ia bertanya. "Tuhanku, apakah sakit parah dan lama yang ditanggung Nabi Ayub adalah buah dari dosa atau ujian bagi cintanya kepada-Mu?"
2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H