Kepalanya mendadak pengar. Layaknya batang pisang, ia tersungkur ke tanah. Gedebuk tubuhnya mengalahkan derum motor. Tetangga-tetangga berlarian meninggalkan tukang sayur.
5
Di beranda, belajar sabar paling sulit selagi sakit. Apalagi kala seorang ibu berkerudung sepinggang mulai berceloteh. Sakit itu pengurang dosa, katanya dengan mata seperti polisi penyelidik.
Seorang lagi berkata dengan ketus. Makin lama sakit diderita, makin banyak dosa berkurang. Ia tercenung. Ia tahu itu. Ia pun setuju sekaligus tidak setuju. Walau hatinya terkoyak dan berderak, ia tetap tersenyum.Â
6
Di kamar, ia buru-buru mendatangi Tuhan. Dengan suara pelan ia bertanya. "Tuhanku, apakah sakit parah dan lama yang ditanggung Nabi Ayub adalah buah dari dosa atau ujian bagi cintanya kepada-Mu?"
2017