Xinjiang secara resmi dikenal sebagai Daerah Otonomi Uyghur Xinjiang (XUAR) dan masih di bawah pemerintahan Cina. Uyghur memiliki bahasa mereka sendiri yang seringkali dikatakan mirip dengan bahasa Turki.Â
Kondisi ini pun bukan anomali apabila mempertimbangkan lokasi Uyghur yang dekat dengan negara-negara Asia Tengah. Sehingga, tidak mengherankan apabila mereka memiliki sederet budaya, etnis, serta ciri khas lain yang mencolok.Â
Populasi Uyghur pun tercatat sebagai setengah dari populasi Xinjiang. Beberapa dekade terakhir pun terdapat migrasi massal yang didominasi oleh etnis Han dari Cina ke Xinjiang yang diduga diatur oleh negara untuk melemahkan populasi minoritas di Xinjiang. Xinjiang sendiri terletak di daerah Barat Laut Cina dan masih termasuk sebagai wilayah otonom, seperti Tibet.Â
Secara teoritis, Xinjiang memiliki beberapa kekuatan pemerintahan sendiri. Tetapi, dalam praktiknya kedua daerah tersebut dijatuhkan pembatasan besar oleh pemerintah pusat.
Namun, jika total populasi Uyghur tidak mencapai 1 persen dari total populasi Cina, apa alasan di balik tindakan pemerintah Cina yang diduga sebagai "genosida" terhadap suku minoritas ini? Apa dunia kontemporer mampu menipiskan barrier antara etnis minoritas dengan mayoritas?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H