Aku beralih ke jeda,
kala mata bersitegang dengan kepala.
Bersetubuh dengan jeda,
kala pekerjaan menyulap jiwa serupa benda.
Sesekali ku rebahkan segala nanar,
ke pangku padang yang bentang,
kukembalikan ingatanku,
pada suatu perjalanan
di bulan kesepuluh
dua ribu sepuluh.
Ialah gurun-gurun panas
mengelupaskan mataku,
namun sekali itu pula
suatu oase jadi muara bersenyawa.
Itulah kala sekali aku meneguk segelas susu onta,
di sebuah pemberhentian;
tepi gurun yang terlantan.
Perjalanan itulah jeda
diam memandang sopir bus berjenggot lebat,
deru mesin yang berhasrat,
Sedang sepanjang mata menatap
jalan serupa tak punya akhir yang cakap.
Kembali kepada ingatan
sungguh tempat terbaik bagi kelelahan
Biarlah jeda memeluk,
tempat terbaik mengistirahkan pelupuk;
mendiamkan rutuk.
Desember, 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H