Mohon tunggu...
Ameliyaros
Ameliyaros Mohon Tunggu... Dosen - Adventure Seeker I Literation Enthusiast

Knowledge is the Power I You are What You Think I Ig: @ameliyaros

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review Film "Evil Does Not Exist" Melalui Pendekatan Visual Poster

2 Agustus 2024   23:49 Diperbarui: 3 Agustus 2024   01:09 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 1: Poster Film Versi Jepang dengan Judul Asli Aku Wa Sonzai Shinai (Sumber: wikipedia)

Profil Film

Film "Evil Does Not Exist" merupakan film asal Jepang yang disutradarai dan naskahnya ditulis oleh Ryusuke Hamaguchi. Bergenre drama dengan kekhasan film Hamaguchi dan film Jepang pada umumnya yaitu alurnya film yang berjalan cukup lambat. Film yang total berdurasi 1 jam 46 menit ini, pada awalnya direncanakan hanya berdurasi 30 menit dan tanpa dialog apapun. Namun dalam perkembangan berikutnya, akhirnya Hamaguchi, mengembangkan film yang memiliki judul asli dalam bahasa Jepang: Aku Wa Sonzai Shinai menjadi berdurasi lebih panjang dengan sentuhan musik klasik simpel yang beberapa kali terdengar sebagai background musik pada film ini. Film ini mendapatkan apresiasi positif, termasuk penghargaan termasuk untuk Best Film 2023 pada BFI London Film Festival dan satu-satunya film Asia yang berhasil masuk dan memenangkan penghargaan Grand Prize Jury pada 80th Venice International Film Festival. Lebih uniknya lagi, Hamaguchi cukup berani berekspreimen dengan menggunakan cast pemain film termasuk pemain utama yang berasal dari orang biasa yang tidak memiliki pengalaman akting sebelumnya. Menurut teorinya, orang biasa siapapun itu bila dinilai tepat dengan karakter subjek filmnya, secara otomatis kedepannya pemain tersebut akan otomatis belajar otodidak dan bisa bereakting dengan baik . Hal ini tidaklah aneh, karena film ini pada dasarnya lebih menceritakan kegiatan sehari-hari dari warga lokal dengan dialog yang umum. Jadi orisinalitas dari kehidupan tokoh film yang adalah orang biasa akan menonjol dan tidak terkesan didramatisir.

Intisari Film

Konflik horizontal antara warga desa dengan calon investor yang ingin membangun objek wisata glamorius camping. Permasalahan timbul karena calon investor tersebut memaksakan untuk meneruskan rencana pembangunan glamorius camping karena tenggat bantuan dana dari sponsor hampir habis, sementara kajian kelayakan proyek belum tuntas. Warga keberatan dengan ekses septic tank yang diletakkan secara serampangan dan kapasitas yang jauh dari standar. Hal ini akan menyebabkan pencemaran air bersih bagi warga yang tinggal di hulu. 

 

Apa saja ya yang menarik dari film "Evil Does Not Exist" ini?

Gambar 2: Poster Film versi Korea (Sumber: idmb)
Gambar 2: Poster Film versi Korea (Sumber: idmb)

Gambar 3: Poster Edisi Global (Sumber: idmb)
Gambar 3: Poster Edisi Global (Sumber: idmb)

Gambar 4 : Poster Edisi Judul Bilingual Inggris-Jepang (Sumber: idmb)
Gambar 4 : Poster Edisi Judul Bilingual Inggris-Jepang (Sumber: idmb)

Gambar 5: Poster Edisi Lainnya (Sumber: idmb)
Gambar 5: Poster Edisi Lainnya (Sumber: idmb)

Yuk kita simak dari pedekatan berbagai visual poster atau cover film diatas.

1. Hampir semua poster memiliki latar belakang alam, barisan gunung bersalju yang indah, hutan dengan pepohonan berakar kayu yang besar dengan jarak yang padat, tanaman yang menguning kering, danau yang membeku, topi tanduk rusa yang digunakan Hana (Ryo Nishikawa), anak kecil perempuan cantik berusia 8 tahun  yang menjadi tokoh sentral pemeran pembantu wanita di film hal ini   menunjukkan bahwa alam (mother nature) dan ekosistemnya merupakan aspek penting dalam film ini. 

Latar set film ini diambil di desa pegunungan bernama Mizubiki pada saat musim salju.

Bahkan diceritakan kemudian  alam menjadi akar permasalahan  dari timbulnya konflik bilateral antara warga desa yang ingin melindungi keseimbangan alam dan ketersediaan air bersih untuk kehidupan desanya dengan calon pengembang glamorius camping yang mengutamakan keuntungan semata dibandingkan dengan faktor keseimbangan alam, dengan merencanakan pembangunan septic tank yang kapasitasnya tidak mencukupi dan meletakkannya secara serampangan tanpa mempertimbagkan dampak pencemaran air yang timbul bagi warga dihilir.

2. Kehadiran sosok pria dewasa yang memeluk anak perempuan kecil pada gambar 1 dan 2, dapat dinilai bahwa film ini menitikberatkan pada interaksi antara makhluk hidup, relasi keluarga yang erat. Sosok pria dewasa tersebut dikisahkan sebagai Takumi (Hitoshi Omiku), ayah tunggal dari Hana, yang berprofesi sebagai penebang kayu dan pekerjaan serabutan lainnya termasuk membantu warga desa lainnya seperti mencari air bersih ke kaki pegunungan untuk kuah udon pada kedai mie Jepang tetangganaya.  Takumi mengasuh Hana dengan sepenuh hati, termasuk menjemput Hana pulang sekolah meskipun seringkali terlambat karena pekerjaannya yang banyak menguras waktu. Takumi juga berperan sebagai mentor Hana dalam memperkenalkan keagungan alam dengan mengenalkan berbagai jenis tumbuhan, kehidupan rusa hutan, dll kepada Hana kecil. Kecintaan Hana akan alam timbul dari kesabaran dan kasih ayahnya.

3. Bila kita perhatikan tipe judul film yang memiliki dual colour seperti pada poster 4 dan 5, terlihat bahwa tulisan NOT pada kalimat EVIL DOES NOT EXIST, diberikan highlight warna yang kontras yaitu merah. Ini secara umum, membuat penonton berpikir premis, sebenarnya siapakah Evil tersebut? Apakah Evil pada film ini ada atau tidak. Hal ini akan terjawab ending film sekaligus yang menjadi klimaks dari film ini. Ending film ini bagi sebagian orang menilai menggantung dan debateble, karena tidak ada adegan dialog sementara terdapat adegan kekerasan singkat ketika Takumi tiba-tiba mencekik leher Takayashi (Ryuji Kosaka/ agen bakat dari perwakilan calon investor glamping camping) disatu sisi dan disisi lainnya ada Hana ditengah hutan yang akhirnya ditemukan setelah hilang, berdiri kaku dengan berdarah dihidungnya dan ditampilkan induk rusa yang tertembak dibadannya. Kemudian Takayashi kolaps ke tanah, mencoba bangkit dan akhirnya kolaps lagi. Sementara Takumi bergegas lari dan menggendong Hana masuk kehutan, dan efek suara nafas  Takumi yang berat dan suara angkah kaki diperdengarkan dengan jelas.Kesimpulan film ini dibiarkan terbuka, bebas kepada penonton dalam berinterpretasi.

4. Pergerakan kamera saat opening film dengan teknik low  dan berjalan mundur mengarah ke pepohonan dengan durasi yang cukup lama

Pada Gambar 5, terlihat visual mata Hana sedang menatap ke langit. Hal ini menjadi adegan pembukaan film ini yang unik dan cukup monoton khususnya bagi penonton yang biasanya gemar menonton film dengan alur yang cepat dan adegan yang seru. Dibuka dengan keindahan pepohonan di musim salju dengan pergerakan gambar yang lambat selama tidak kurang dari tiga menit, dengan teknik low angle. Penonton dipersepsikan sebagai Hana yang sedang menjelajahi hutan dengan melihat megahnya alam karya sang Pencipta melalui kedua bola matanya dan digerakkan mundur.  

      Namun hal ini terbayar, di plot pertengahan film khususnya adegan tanya jawab antara warga dan calon investor pada saat presentasi glamorius gamping. Disini kita bisa mempelajari kebiasaan orang Jepang dalam bertutur kata yang sopan, respect terhadap siapapun dengan cara memberikan hormat dan berterima kasih terhadap semua saran dan kritik yang diberikan secara jujur. Dari pribadi penulis sendiri, saat berkesempatan menghadiri special screening film ini bersama KOMIK X KlikFilm pada 27 Juli 2024 kemarin, adegan diskusi tanya jawab tersebut, merupakan adegan favorit penulis. Meskipun hanya percakapan rapat biasa, tapi konteks percakapan tersebut dipaparkan secara jelas, ringkas dan penuh dengan alasan yang logis. Misalnya dalam hal Takumi memantik diskusi mengenai berapa besar kapasitas septic tank? Mengapa septic tank tersebut tidak boleh diletakkan di tititk tertentu? alasan dari argumentasi dijelaskan secara gamblang dan terstruktur dengan baik. Begitupun dengan pihak calon investor yang hadir saat rapat. Meskipun mereka ditugaskan oleh atasannya dan bukanlah pemutus kebijakan, mereka menjawab dengan sopan, sabar dan profesional. Etika komunikasi dan publik speaking dari adegan ini sangatlah baik dan patut dicontoh. Berbeda pendapat itu wajar dan tidak perlu menggunakan amarah.

Rating Pribadi: 8/10

Nah teman-teman, bagi yang ingin melihat klimaks film ini dan melihat cerita utuhnya, bisa menontonnya melalui platform streaming Klik Film. Film "Evil Does Not Exist" sudah tersedia mulai 1 Agustus 2024.

Arigato :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun