Film ini menjadi unik ketika drama disajikan dengan pendekatan investigatif. Berawal dari ajakan makan tersebut, Emre menjadi tersandera dengan adanya laporan pemerkosaan wanita Gipsy yang terjadi. Isu etnis minoritas dan gangguan mental pun hadir dalam film ini. Wanita gipsy tersebut ternyata memiliki gangguan mental sehingga tidak dapat bersaksi secara runut mengenai kejadian dugaan perkosaan yang dihadapinya. Sesaat sebelum mabuk, Emre ingat bagaimana kedua temannya yang merupakan rekan politikus menggoda secara agresif saat menari dengan wanita gipsy tersebut. Namun, sialnya ternyata tidak mudah untuk menegakkan hukum di kota tersebut. Polisi dan hakim rawan konflik of interest dan terdapat potensi menerima penyuapan. Singkat cerita  wanita Gipsy tersebut berhasil dipengaruhi oleh rival Emre, sehingga merubah kesaksiannya. Tak disangka, ternyata,pemeriksaan laboratorium atas cairan sperma pada tubuh korban, tidak cocok dengan tersangka utama yang sudah ditahan atas perintah Emre, bahkan kesaksian baru korban, bahwa pelakunya adalah Emre sendiri.
Emre mengalami dilema, antara percaya atau tidak bahwa dia lah yang melakukan aksi pemerkosaan tersebut.Â
Tidak percaya karena dia merasa tidak ingat apa-apa setelah dicekoki minuman hingga mabuk dan ketika terbangun, telah berada di tempat tidur. Namun disatu sisi, terdapat bekas "cupang" dilehernya dan ia berada di Tempat Kejadian Perkara (TKP) yang sama saat peristiwa tersebut terjadi. Â
Emre menjadi lebih waspada dengan sistem dan teman-teman disekelilingnya. Ia mulai menjaga jarak dengan kerabat dan teman-temannya termasuk kedekatannya dengan seorang pria pemilik surat kabar lokal yang cukup vokal bernama Murat (Ekin Koc). Dari hubungannya dengan Murat ini, divisualisasikan dibeberapa adegan, terdapat tatapan intense antara keduanya. Tanpa perlu adanya adegan seksual, penoton diarahkan dengan pemikiran bahwa kedua orang ini memiliki hubungan khusus (gay).Â
Lalu, bagaimana akhir dari investigasi dari peristiwa pemerkosaan tersebut? Benarkah Emre pelakunya? Bagaimana akhir dari konflik sosial-politik antara warga di kota ini? Siapa yang berhasil memenangkan pemilihan walikota?
Plot pertengahan akhir sampai ending film ini relatif cepat dan cukup membuat adrenalin penonton naik sekaligus penasaran berpikir bagaimana akhir penyelesaian perkara tersebut. Â Di film ini juga cukup banyak terdapat adegan aksi pertikaian dari perkelahian hingga mobilisasi massa dengan protes membawa benda tumpul, sampai pengepungan rumah dinas Emre. Plot ini menggambarkan dengan jelas kondisi krisis kepercayaan masyarakat terhadap polisi dan aparatur hukum dan law enforcement yang relatif rendah yang terjadi di negara asal film tersebut.
Pro s dari Film ini
- Yang menarik dari film ini adalah bahwa sutradara film ini berani menggambarkan representasi kondisi sosial kota kecil di Turkiye yang sekilas terkendali, namun sebenarnya penuh dengan permasalahan khususnya skandal politik, isu sexism, isu krisis air, sampai sistem polisi dan birokrasi yang kotor. Lebih jauh lagi pada film ini, disematkan juga isu homophobia melalui dugaan hubungan LGBT antara Emre dan Murat. Kisah dari film ini sangat relevan dengan permasalahan modern di berbagai tempat didunia, khususnya negara dunia ketiga, termasuk Indonesia.