Mohon tunggu...
Amelita KristinaHutapea
Amelita KristinaHutapea Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis biasa

Status sebagai mahasiswa di Sekolah Tinggi Pastoral Dian Mandala Gunungsitoli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Makna Perhentian Kedelapan pada Jalan Salib

16 April 2022   07:52 Diperbarui: 16 April 2022   08:02 954
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jalan salib sering kita dengar di kalangan umat Kristiani. Jalan salib digunakan untuk mengenang masa dimana Yesus menjalani masa segsaranya, dengan memikul salib ke bukit Golgota. Jalan salib dilakukan oleh umat Katolik pada masa Prapaskah dan dilakukan pula selama 40 hari, setiap hari jumat. Pada jalan salib ini, kita di tuntut untuk memaknai dan menyadari bahwa Cinta Kasih Yesus pada manusia sangat besar. Tidak ada cinta yang lebih besar dari pada cinta seorang Bapa kepada anak-anaknya. Dan itu lah yang dilakukan Yesus pada kita.

Pada jalan salib ini, ada 14 peristiwa yang di Kenang oleh umat. Di antara ke 14 peristiwa tersebut, disini saya ingin mengajak saudara-saudari sekalian, untuk lebih mendalami makna perhentian yang ke delapan yaitu "Yesus Menasehati Wanita-Wanita yang Menangis"

Pada peristiwa ke delapan injil Yesus menceritakan demikian "Sejumlah wanita meratapi Yesus yang sedang sengsara. Daripada menangis, sebaiknya mereka mengikuti Yesus dalam jalan salib. Namun itu tidak mereka lakukan. Maka mereka ditegur oleh Yesus, 'Janganlah menangisi Aku, tetapi tangisilah dirimu dan anak-anak mu'. 

Pada perkataan ini, Yesus ingin mengajar kita semua betapa Ia lebih menghargai karya dan amal daripada kata-kata dan air mata yang mengharukan. Lebih baik kita merubah diri daripada menangisi dosa kita. Tidak cukup kita menangisi bersama orang lain. Kita harus juga membuka jalan bagaimana ia dapat keluar dari Kesusahannya.

Dalam kehidupan sehari-hari, ketika kita mendapat masalah yang besar, kita dengan cepat menangis. Tampa berpikir apa yang harus kita lakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Kita juga lebih cenderung untuk mengunci diri, menyiksa diri dengan tidak makan dan lain sebagainya. Dan hal ini yang di tegur oleh Yesus untuk kita manusia. Bagaimana dan apa yang harus kita lakukan bila mendapat masalah??

Jawabannya ada dua, berserah diri pada Tuhan dan mencari solusi atau jalan keluar dari masalah tersebut. 

Semoga Tuhan Memberkati kita. Amin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun