Mohon tunggu...
Amelina Junidar
Amelina Junidar Mohon Tunggu... Guru - Guru SD Islam Al Azhar 67 Bukittinggi

Nama pena Elina Ajrie. Ibu rumah tangga. Hobi coret-coret semenjak kelas 3 SD. Sudah memiliki sekitar 6 buku puisi solo dan 20 antologi cerpen-puisi.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Podcast Login; Awal Mula Toleransi Kembali Jaya

31 Maret 2024   23:14 Diperbarui: 31 Maret 2024   23:15 1582
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Karena temanya cerita toleransi, tiba-tiba saja saya kepikiran podcast paling spektakuler tahun lalu yang digagas oleh Bapak Youtube Indonesia-Deddy Corbuzier-yaitu LOGIN, yang digawangi oleh Habib Husein Ja'far Al Hadar dan Onadio Leonardo. Sisi putih dan sisi hitam (ini kalau ditilik dari warna setnya ya kompasianer, bukan bermaksud men-judge sisi agamais kedua orang ini).

Menurut saya, ada beberapa manfaat yang dapat diambil dari podcast viral satu ini:

1) melahirkan stigma bahwa setiap penganut agama pasti akan mengagungkan agama yang dianutnya sebagai agama yang paling benar di sisi tuhannya. Demikianlah maka seorang muslim pasti mengatakan bahwa Islam adalah agama yang paling diridai Allah, sementara seorang kristian akan mati-matian mengatakan bahwa kristen adalah agama yang paling diridai dalam Trinitas. Boleh dan sah-sah saja.

2) melahirkan paham toleransi di mana dari pemandu acara saja sudah jelas-jelas berseberangan. Satu agamais dan relijius, satu lagi menurut pengakuan dirinya (Onad) sendiri akrab dengan dunia malam dan segala pernak-perniknya. Bagai langit dan bumi. Bagai air dan minyak. Namun mengapa mereka dapat bersatu bahkan bersahabat dekat tanpa saling mengusik agama masing-masing. Karena kata Habib Ja'far, kita boleh berbeda dalam keyakinan, tapi tetap bersama dalam kebaikan. Beda agama bukan berarti harus beda cara memandang pertemanan dan persahabatan.

3) menekankan bahwa persatuan bisa ditemukan dalam perbedaan. Sebagaimana kita tahu bahwasanya dalam pembelajaran PPKn di sekolah pun selalu ditekankan bahwasanya perbedaan adalah anugerah yang harus diterima dan disyukuri sehingga tercipta persatuan dan kesatuan dalam hal SARA. Mirisnya, banyak orang hanya paham teori dan minus praktek. Ketika dihadapkan dengan perbedaan, masing-masing memunculkan stereotipe yang mengunggulkan diri sendiri dan mendiskreditkan orang lain.

4) meningkatkan keimanan para pemeluk agama. Hal ini sudah barang tentu menjadi perhatian bersama. Lihat saja peran Onad yang sampai sekarang masih berada dalam keyakinan yang sama. Di podcast lain, ia mengutarakan bahwasanya perjumpaannya dengan Habib Ja'far di podcast dan dunia nyata membuatnya iman kristennya semakin bertambah dan bertumbuh.

Bagi saya sendiri, podcast ini menumbuhkan pengetahuan tentang bagaimana toleransi antar agama dijalankan. Saya jadi tahu Bante, Romo, Pendeta, dan pemuka agama lain bisa berkumpul dengan seorang Habib yang notabene keturunan Nabi membicarakan agama tanpa sekat dan ketersinggungan sama sekali. Betapa indahnya.

Di sisi lain, saya juga masih ingat bagaimana salah satu stand up komedian Boris Bokir dalam acara SOMASI menyampaikan bahwasanya ketika membahas agama itu tidak perlu ribet. Hanya butuh toleransi saja. Masyarakat kristian harus legowo dan berbesar hati apabila misal setiap Jumat, ada beberapa sisi jalan yang ditutup karena ibadahnya muslim yaitu salat Jumat. Begitu juga apabila muslim dihadapkan pada keramaian di hari Minggu yang bisa jadi juga sedikit menyita waktu, mereka juga harus legowo dan berbesar hati karena hari itulah para kristian beribadah pagi.  

Kalau kompasiner punya cerita toleransi yang seperti apa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun