Mohon tunggu...
Amelina Junidar
Amelina Junidar Mohon Tunggu... Guru - Guru SD Islam Al Azhar 67 Bukittinggi

Nama pena Elina Ajrie. Ibu rumah tangga. Hobi coret-coret semenjak kelas 3 SD. Sudah memiliki sekitar 6 buku puisi solo dan 20 antologi cerpen-puisi.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Takjil War, Bukti Kebhinekaan yang Nyata dan Wajar

24 Maret 2024   14:27 Diperbarui: 24 Maret 2024   14:43 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Pernah menemukan FYP berisi anjuran pendeta kepada jemaat mengenai pembelian ta'jil yang dilakukan pada pukul 2? Aku ... pernah. Jujur ngakak sengakak-ngakaknya. Sangat terhibur tanpa ketersinggungan sedikit pun, walaupun topiknya menyenggol dua agama yang nyata-nyatanya sama-sama diakui di Indonesia. 

Adalagi di lain waktu, mereka (red: nonis) chat dengan ulama muslim untuk mencari ilmu membekali diri, kalau-kalau ketika pembelian ta'jil diberikan password supaya ijin turun dengan serta merta. 

Rasanya? Hmm, senang ya karena nonis jadi bisa mengenal Islam dan tahu bagaimana ajaran Islam. Sesederhana itu sih sebenarnya. Mereka mau belajar saja kita bahagia, apalagi lebih daripada itu ya. Hehehe.

Kepada siapapun yang jadi pengusung pertama istilah ini, terima kasih banyak dariku dan semua umat Islam secara spesifik. Mengapa? Karena si penemu membuat Ramadhan ini menjadi lebih asyik, bukan hanya untuk muslim tapi juga untuk nonis keseluruhan. Siapa yang tidak bahagia melihat ta'jil alias aneka jajanan memenuhi jalan. Siapa yang tidak bahagia melihat jajanan yang hanya ada selama sebulan sedangkan di bulan lain entah di mana wujudnya.

Secara istilah, war sendiri bermakna perang; dengan demikian, ta'jil war berarti perang ta'jil. Sebenarnya kalau ditilik real lapangan, tak ada perang perebutan yang diwarnai sikut-sikutan atau aksi anarkis lainnya. Bahkan mungkin bertemu saja tidak. 

War di sini dilekatkan sebagai strategi yang dijalankan secara gerilya, sembunyi-sembunyi. Para nonis akan keluar pada jam 2 atau 3, curi start duluan untuk mengambil antrean beli jajanan dan langsung memakannya di rumah selagi hangat. Jadi bukan perang fisik, melainkan perang pemanfaatan waktu.

Alhamdulillah, warga muslim sendiri di media sosial juga sudah lebih toleran menghadapi lelucon seperti itu. Tak ada kekakuan, jadi lebih fleksibel sehingga perkelahian atau perdebatan yang tidak penting tidak muncul ke permukaan. 

Trend ini juga merupakan perwujudan betapa keberagaman dan perbedaan yang dulu kita pelajari di sekolah dasar dan menengah bisa menyatukan sebab setiap orang selalu bersama dalam kebaikan.

Oleh karena itu, hari ini mau beli ta'jil jam berapa, kompasianer?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun