Mohon tunggu...
Amelina Junidar
Amelina Junidar Mohon Tunggu... Guru - Guru SD Islam Al Azhar 67 Bukittinggi

Nama pena Elina Ajrie. Ibu rumah tangga. Hobi coret-coret semenjak kelas 3 SD. Sudah memiliki sekitar 6 buku puisi solo dan 20 antologi cerpen-puisi.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Awal Ramadhan, Mengapa Selalu Berbeda?

11 Maret 2024   06:09 Diperbarui: 11 Maret 2024   06:23 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wah, Ramadhan sudah di depan ya, kompasioner. Selamat menunaikan ibadah puasa ya untuk semua umat muslim di manapun berada. Selamat berpuasa untuk yang baru berpuasa hari ini, atau yang mau berpuasa esok hari, atau bahkan yang sudah berpuasa dari hari-hari sebelumnya. 

Memangnya ada? Ada dong, kompasioner. Yang paling terlihat jelas dan kentara itu adalah organisasi Muhammadiyah dan Pemerintah. Kenapa hanya mereka? Karena keduanya yang selalu menjadi headline pemberitaan dari saya kecil hingga sekarang. 

Hemat saya, dulu, mereka sejalan dan seiring dalam menetapkan. Entah kebetulan atau bagaimananya. Namun seiring waktu, semakin tua bumi, semakin sering mereka muncul dalam lingkaran yang berbeda walaupun tujuannya sebenarnya sama.

Usut punya usut, selain yang tersebut di atas, ada juga di antara saudara saudara seiman yang melaksanakan puasa tanggal 8 Maret 2024 tepatnya hari Sabtu. Mereka adalah pengikut tarekat Naqsabandiyah yang berdomisili di Padang, Sumatra Barat. Sedangkan tarekat Syattariyah area Padang Pariaman, baru akan menentukan awal puasa pada tanggal 12 Maret mendatang. 

Di sisi lain, jamaah tarekat tersebut yang berdomisili di wilayah yang berbeda di seluruh Indonesia ada yang melaksanakan ibadah puasa tanggal 9 dan 10 Maret 2024. 

Mengapa berbeda padahal sesama tarekat yang sama? Wajar saja, karena letak geografis setiap wilayah yang berbeda-beda memungkinkan perbedaan dalam menentukan hilal. Sama saja dengan waktu salat, bukankah Bukittinggi dan Jakarta yang sama-sama Indonesia memiliki waktu pelaksanaan yang berbeda? Ya, karena berhubungan dengan geografis, pergerakan bumi, dan lain sebagainya. 

Dengan demikian, didapatkanlah kesimpulan, bahwasanya awal Ramadan atau bahkan Idul Fitri di Indonesia selalu menjadi pemberitaan? Bukan, bukan karena orang-orang ingin mempertunjukkan perselisihan, namun pada dasarnya inilah yang membuat keberagaman itu menjadi indah dan bermakna. Di mana kita harus belajar bertoleransi terhadap sesama dimulai dari keyakinan di dalam hati. Bukan mencari siapa yang benar atau siapa yang salah. Bukan pula langsung menyalahkan mereka yang berbeda dengan menghukum ini-itu seolah merasa paling benar. Tapi ingatlah, bukankah imam mazhab ada 4? Apakah salah satunya benar dan tiga lainnya salah? Tentu tidak. 

Semua punya dalil masing-masing yang sama-sama dibenarkan. Keempatnya bisa menjadi sumber hukum dalam setiap urusan umat Islam. Begitupun dengan penetapan awal Ramadhan, ada yang langsung melihat dengan mata telanjang bagaimana rupa hilal atau bulan, ada yang mengikuti pemerintah karena berbagai pertimbangan teknologi dalam keakuratan hilal, dan ada juga yang hanya menggunakan metode istikmal (menyempurnakan bulan Sya'ban menjadi 30 hari). Semua ada dalil, semua ada ketetapannya. Jadi jangan merasa ada yang memecah belah atau terpecah belah. Kita semua satu. Bhineka Tunggal Ika.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun