Media di Era Digital
Media adalah industri yang berubah dan berkembang yang menciptakan lapangan kerja, barang dan jasa, dan menghidupkan industri terkait lainnya. Media juga merupakan industri dengan aturan dan standar yang menghubungkan lembaga-lembaga ini dengan masyarakat dan lembaga sosial.Â
Media seringkali menjadi mesin pembangunan budaya, tidak hanya dalam hal perkembangan bentuk dan simbol seni, tetapi juga dalam hal metode, mode, gaya hidup dan norma. Â Media harus membuat pilihan tentang apa yang akan dilaporkan dan bagaimana. Apa yang diketahui publik tentang situasi tertentu pada saat tertentu sangat ditentukan oleh pemilihan media dan proses seleksi.
Salah satu jenis efek media paling populer yang dikenal sebagai agenda-setting adalah kaitan kuat antara berita media dan isu-isu yang dianggap penting oleh publik. Agenda setting terjadi karena media massa sebagai pengawas harus menyampaikan pesan secara efektif.
Setiap bentuk media harus bisa mengemas sebuah peristiwa berdasarkan sudut pandangnya masing-masing. Sebagai contoh media massa di bidang redaksional dengan kebijakan terkait isi peristiwa politik  yang ingin disampaikan. Kebijakan ini membuat media diincar oleh pihak-pihak tertentu untuk dipergunakan.Â
Media Massa dan Masyarakat Digital
Media massa adalah sumber kontrol sosial, manajemen, dan alat inovasi yang kuat yang dapat digunakan sebagai pengganti kekuatan atau sumber lain. Media merupakan wadah atau forum yang semakin berperan penting dalam menyajikan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan masyarakat, baik secara nasional maupun internasional.
Pemberitaan peristiwa oleh suatu media kecenderungannya akan berkaitan dengan media lainnya, sehingga terbentuk suatu rantai informasi yang menambah kekuatan media massa dalam menyebarkan informasi dan mampu memperbesar dampak yang diberikan kepada publik. Individu yang kecanduan media sosial mungkin menderita kehilangan produktivitas dan perasaan terisolasi, cemas, atau depresi. Terlepas dari hasil negatif ini, keinginan akan media sosial cenderung sangat kuat dan bahkan tak tertahankan.
 Telah dilaporkan bahwa banyak pengguna yang terus-menerus menyegarkan halaman mikroblog mereka setiap beberapa detik untuk tweet baru. Mereka menjadi bersemangat setiap kali seseorang mengikuti, berkomentar atau me-retweet. Mereka bahkan mungkin menghabiskan sepanjang hari untuk mikroblog sambil memberikan alasan rasional untuk kehilangan kendali diri.
Teori ketergantungan media membutuhkan sistem sosial dan sistem media, dan ide penting di balik penerapannya ke media sosial adalah bahwa sistem sosial dan media digabungkan. Hal ini menciptakan pandangan unik atas teori tersebut, karena baik sistem media maupun sistem sosial tidak dapat hidup sendiri di dalam media sosial.Â
Ketergantungan terhadap Media
Pertama adalah pengawasan, atau kebutuhan untuk memahami lingkungan sosial seseorang. Kedua, utilitas sosial menggambarkan kebutuhan untuk bertindak dengan cara yang efisien dan signifikan dalam dunia sosial tersebut. Terakhir, kebutuhan untuk melarikan diri, atau menjauh dari lingkungan sosial ketika seseorang merasa kewalahan.
Media sosial memungkinkan orang untuk mengamati perilaku dan mempublikasikan kepribadian orang lain tanpa mereka sadari, sehingga mengukur lingkungan sosial. Ini juga memberi pengguna rasa pentingnya saat interaksi mereka sangat "disukai" atau "dibagikan" di platform, yang dapat membuat pengguna merasa bahwa mereka memposting hal-hal yang bermakna.Â
Media sosial juga menawarkan kepada pengguna pelarian dari interaksi tatap muka dan memberi mereka tempat di mana mereka dapat mengamati tanpa berkontribusi pada percakapan apa pun, sehingga memungkinkan mereka untuk memenuhi komponen pelarian. Dengan demikian, kita sebagai pengguna yang cerdas harus bisa menggunakan media sosial dengan bijak dan tetap pada seharusnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H