Seperti yang kita tahu bahwa letusan gunung Tambora terjadi pada 10-11 April 1815 merupakan letusan maha dahsyat yang pernah terjadi sepanjang peradaban dunia. Akibat peristiwa itu, letusan Tambora kemudian dijuluki sebagai letusan terbesar dalam sejarah dunia oleh para ahli Vulkanologi. Namun ternyata terdapat beberapa fakta menarik dibalik letusan maha dahsyat yang terjadi pada 1815 tersebut. Berikut pemaparan mengenai fakta menarik dibalik letusan gunung Tambora, diulas secara singkat dari beberapa sumber terkait.
~~~~~~~~~~~
Letusan Tambora telah berhasil mempengaruhi iklim global selama beberapa tahun yang berdampak sangat buruk bagi manusia saat itu. Dikatakan sebagai "year without summer" pada 1816, Tambora telah menimbulkan bencana berkelanjutan bagi dunia terutama bagi belahan bumi barat seperti Amerika, Eropa dan Kanada.
Selama beberapa tahun lamanya belahan bumi barat mengalami cuaca buruk dan suhu mencapai titik terendah yakni 1-2,5°C yang dipercayai para Ahli sebagai korelasi antara Letusan gunung Tambora dengan iklim dengan yang terjadi beberapa tahun pasca letusan. Puncaknya, semua petani Eropa mengalami kegagalan panen dan embun yang membeku sehingga kemiskinan dan kelaparan besar melanda Eropa. Diceritakan pada 1816-1817, seluruh panen di Eropa barat dan kepulauan Inggris, anjlok hingga 75%. Jerman mencatatnya sebagai ‘Tahun Pengemis’. Tanaman biji-bijian di ladang membusuk akibat tergenang air hujan di Prancis. Pada 1816 itu juga tercatat menjadi panen anggur paling sedikit di Prancis sepanjang beratus-ratus tahun.
Langkanya bahan makanan, bencana kelaparan dan kemiskinan yang terjadi, mengakibatkan munculnya wabah penyakit kolera dan typus. Terparah terjadi di Irlandia dan Italia. Sebagaimana dilansir BBC, wabah tersebut menelan korban jiwa hingga mencapai 200 ribu orang Eropa.
Buruknya iklim saat itu konon menjadi penyebab kekalahan Napoleon Bonaparte dalam peperangan melawan Inggris di Waterloo, Belgia. Pada akhirnya Napoleon tertangkap oleh tentara Inggris dan dibuang ke Saint Helena hingga akhir hayatnya pada 1821.
Tidak hanya Eropa, Wilayah India dan China juga turut mengalami dampaknya. Musim hujan terganggu dan terjadilah banjir yang membuat porak poranda kedua negara tersebut. Sedangkan, wilayah Arktik, terjadi sebaliknya, justru menjadi lebih hangat. Sehingga membuat es mencair.
Kegagalan panen yang berkepanjangan mengakibatkan harga gandum menjadi sangat tinggi. Karenanya membuat orang-orang kesulitan memelihara kuda sebagai alat transportasi karena akan menambah beban untuk memberi makan kuda, Sebab hal tersebut menjadi lebih mahal. Sehingga, seorang ilmuwan Jerman Karls Freiherr von Drais, berhasil mengembangkan konstruksi alat transportasi yang disebut ‘Laufmaschine’ atau mesin yang dapat berjalan. Alat ini disebut dengan sepeda
karena bentuknya mirip sepeda yang dikenal saat ini. Tetapi, untuk menjalankannya harus menggunakan kedua kaki seperti orang berjalan.
Konon dari sinilah cikal bakal lahirnya sepeda. Literatur yang menyebutkan soal letusan Tambora itu tidak hanya dari satu sumber. Salah satu penelitian yang sering menjadi rujukan berasal dari tulisan Mick Hamer di majalah New Scientist, 29 Januari 2005.
Ken McGin dalam tulisannya berjudul ”The Origin of Bicycle” mengatakan, pada tahun-tahun sulit itu seorang Jerman berusia 34 tahun bernama Karl Drais membuat alat sederhana beroda dua yang kemudian diberi nama draisine.
Draisine dibuat dari bahan kayu dan belum memiliki pedal. Satu-satunya cara untuk mengendarai sepeda ini adalah dengan menjejakkan kaki ke tanah agar draisine mau meluncur.
Oleh karena itulah alat ini juga disebut hobby horse yang merujuk pada arti ”kuda-kudaan” karena tujuan dari pembuatan alat ini untuk menggantikan kerja kuda. Penemuan ini merupakan titik awal prinsip keseimbangan sepeda modern. Draisine menjadi sepeda pertama yang hak patennya didaftarkan tahun 1818.
~~~~~~~
Semoga bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H