Meskipun sebagian besar lahan pertanian yang ada di Desa Sindon merupakan tanah negara yang dikelola oleh Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI), pihak AURI menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar sehingga masyarakat ikut memanfaatkan lahan pertanian agar menjadi lebih bermanfaat.
Luasnya lahan pertanian juga dapat dimanfaatkan sebagi potensi agrowisata berbasis kebun pertanian seperti tren wisata alam yang saat ini marak terjadi. Misalnya, di daerah Kebun Buah Mangunan, Svargabumi Borobudur, dan Panyaweuyan Majalengka.
Selain itu, salah satu kelebihan Desa Sindon yang berada di dekat bandara adalah potensi spot landing pesawat yang mampu menarik perhatian masyarakat. Potensi ini sudah mulai dimanfaatkan oleh pelaku wisata dengan adanya atraksi wisata bernama Sindon Family Park.Â
Awalnya Sindon Family Park merupakan tempat memancing untuk warga lokal. Namun, seiring berjalannya waktu pengembangan atraksi wisata mulai dilakukan seperti penambahan produk dan fasilitas yang dijual.Â
Untuk pengenalan lebih lanjut terkait Sindon Family Park, penulis sudah menyiapkan satu artikel khusus yang akan diposting menyusul. Pasti pembaca sekalian sudah tidak sabar, 'kan? Hehehe...
 Satu lagi kelebihan letak geografis Desa Sindon adalah letaknya yang dilintasi oleh jalan tol Solo-Ngawi yang mengakibatkan Desa Sindon berada di posisi strategis karena dilalui oleh jalur transportasi besar.Â
eberadaan jalan tol juga memberikan potensi wisata lain bagi desa pindahan ini. Yaitu adanya spot atau tempat untuk menikmati lalu-lalang kendaraan di jalan tol melalui jembatan yang dibangun oleh pemerintah.Â
Seperti pada foto terlampir, di dekat jembatan tol yang biasa digunakan warga untuk senam, bisa dibangun warung untuk mendukung aktivitas masyarakat seperti kegiatan rutin atau sekadar main sambil menikmati suasana sawah dan lalu-lalang kendaraan.
Seiring dengan peralihan Desa Sindon menuju urbanisasi dan rencana perngembangan aerocity di Kecamatan Ngemplak, masyarakat Desa Sindon mulai meninggalkan ritual adat mereka seperti yang dijelaskan sebelumnya. Meskipun demikian, gaya bangunan rumah masyarakat Desa Sindon sebagian masih memiliki unsur kedaerahan yaitu bergaya rumah joglo.Â
Sebagian rumah masyarakat masih memiliki bentuk atap tajug yang berbentuk seperti gunung. Hal tersebut menandakan sebagian masyarakat masih mempertahankan kelokalan budaya jawa meskipun pondasi rumah sudah mulai mengikuti gaya modern. Salah satu masyarakat yang memiliki selera unik dalam merencang gaya rumahnya adalah Pak Toni warga RT 03, Rw 02, Jantir, Sindon.Â