Indonesia khususnya wilayah Aceh bagian utara saat ini berhasil mencuri perhatian publik akibat banyak pengungsi rohingnya yang terus berdatangan bahkan dalam jumlah yang besar. Indonesia menjadi tujuan utama bagi para pengungsi rohingya dalam menyelamatkan diri dari persekusi di Myanmar.Â
Namun, saat ini Indonesia sudah melakukan penolakan terhadap kedatangan pengungsi rohingya sejak pertengahan November tahun 2023. Lalu mengapa Indonesia menolak kedatangan pengungsi Rohingya? Apakah teori realism mempengaruhi keputusan indonesia dan menjadikan kepentingan nasional dan keamanan domestik sebagai alasan utama?
dalam perspektif realism, fenomena pengungsi rohingnya ini dapat dianalisa melalui lensa kepentingan nasional dan dinamika kekuasaan. Realism dalam hubungan internasional menekan bahwa Negara-negara bertindak dengan dasar kepentingan nasional masing-masing Negara, dengan menaruh fokus pada keamanan domestik serta kelangsungan hidup suatu Negara.Â
Negara adalah aktor utama dalam perspektif realism yang bergerak pada politik internasional dan sering kali dengan cara pragmatis tanpa memikirkan norma-norma moral serta mengabaikan etika internasional. Lalu apa saja faktor-faktor yang membuat Indonesia menolak kedatangan pengungsi rohingya? Berikut adalah beberapa alasan utama Indonesia menolak kedatangan pengungsi rohingya :
1. Kepentingan Nasional Indonesia
Perspektif realism menolak kehadiran pengungsi rohingya di Indonesia adalah sebagai bentuk upaya dalam melindungi kepentingan nasional. Indonesia sebagai Negara berkembang, akan menghadapi tantangan utama yaitu kekurangan sumber daya alam dan infrastruktur apabila menambung pengungsi rohingya dalam jumlah besar. Selain itu penerimaan pengungsi rohingya dapat menyebabkan ketegangan sosial politik dan ekonomi antara pengungsi dan masyarakat setempat terutama jika pengungsimndapatkan layanan sosial serta pekerjaan yang belum tentu didapatkan oleh masyarakat setempat.
2. Faktor keamanan
Keamanan dalam perspektif realism adalah suatu aspek utama yang harus di tekankan. Pemerintah Indonesia dalam konteks ini mungkin khawatir bahwa pengungsi rohingya dapat menimbulkan ancaman bagi keamanan Indonesia. Ancaman yang dimaksud dapat berbentuk tindak kriminalitas yang meningkat serta potensi radikalisasi. Walaupun saat ini pemerintah tidak memiliki data yang konkret bahwa pengungsi rohingya terlibat dalam tindak kriminalitas atau ancaman, persepsi ancaman ini dapat mempengaruhi kebijakan-kebijakan pemerintah.
3. Tekanan internasional dan regional
Realism menekankan kepentingan nasional, namun tekanan internasional dan regional juga beperan penting. Sebagai Negara terbesar dalam ASEAN, Indonesia tentu berperan penting dalam menjaga stabilitas khususnya di wilayah asia tenggara. Penerimaan Indonesia terhadap pengungsi rohingya adalah upaya untuk mengurangi ketegangan lebih lanjut yang dapat mempengaruhi stabilitas regional. Indonesia juga berusaha menguatkan citra internasionalnya sebagai Negara yang peduli dengan berbagai isu kemanusiaan.Â
Dalam mendapatkan dukungan dan kerjasaa internasional, citra internasional adalah aspek penting bagi Negara-negara. Komitmen yang ditunjukkan terhadap isu kemanusiaan yang terjadi, Indonesia berharap bahwa hal ini dapat meningkatkan posisinya di mata komunitas internasional. Namun, ASEAN sendiri memiliki prinsip non-intervensi yaitu membatasi kemampuan anggotanya dalam campur tangan dengan urusan Negara lain. Indonesia saat ini mungkin terjebak antara tekanan internasional untuk menerima pengungsi rohingya dan kepentingan nasional untuk menjaga stabilitas dan keamanan.
Dehumanisasi atau narasi kebencian adalah faktor lain yang berperan dalam penolakan pengungsi rohingya. Di era globalisasi saat ini, media sosial adalah wadah bagi penyebaran disinformasi dan narasi kebencian terhadap para pengungsi, hal ini dapat mempengaruhi opini publik dan kebijakan pemerintah.
Dari perspektif realism ini dapat disimpulkan bahwa penolakan rohingya di Indonesia adalah sebagai bentuk upaya dalam melindungi kepentingan nasional dan keamanan Negara. Meskipun tekanan internasional menekan untuk menerima pengungsi, Indonesia harus tetap memikirkan dan mempertimbangkan dampak apa yang akan diberikan seperti dampak terhadap ekonomi, politik dan dan sosial dari keputusan penerimaan pengungsi tersebut. Dehumanisasi dan narasi kebencian jelas memainkan peran penting dalam dalam membentuk opini publik dan mempengaruhi kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, kerjasama antara pemerintah dan masyarakat adalah hal yang sangat penting untuk mengatasi isu ini dengan cara yang manusiawi dan berkelanjutan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI