Mohon tunggu...
Amelia Rosliani
Amelia Rosliani Mohon Tunggu... Guru - penyuka buku fisik

Menganalogikan dirinya "spora berjalan" | pembelajar | pendidik | book lovers | poem | sedang berusaha membuat buku solo perdana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Pulang ke Rumah

22 Juli 2024   18:52 Diperbarui: 22 Juli 2024   19:00 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku bernama Amelia. Aku menetap di Bogor saat ini karena sedang bekerja di perantauan. Tetapi, asalku dari Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Desaku dekat dengan tempat wisata bersejarah di Rengasdengklok. Sebuah tempat bersejarah Proklamasi, rumah pengasingan Soekarno -- Hatta.

Peristiwa tersebut membuat daerahku terkenal di mana-mana, dari sejarah bahkan seluruh Indonesia. Peristiwa bersejarah ada di desaku, tempat mengenyam pendidikanku saat sekolah menengah atas berlokasi tidak jauh dengan tempat pengasingan tersebut. Aku bersama teman-teman sekolah setiap tanggal 16 Agustus melakukan napak tilas untuk menghormati dan mengenang jasa para pahlawan yang menculik dua tokoh proklamator. Proses napak tilas itu adalah kegiatan yang dilakukan oleh kami dengan memakai pakaian yang mencirikan kondisi masyarakat pada saat 1945. Memakai pakaian seperti veteran, dan masyarakat pribumi saat kedatangan kedua tokoh proklamator ke Rengasdengklok.

Kali ini aku mau bercerita agak panjang mengenai bagaimana perjalananku kalau pulang ke kampung halaman saat dari kota. Aku menetap di kota cukup lama, berawal dari awal tahun 2013 untuk melanjutkan pendidikan tinggi di Kota Bogor. Berselang waktu selama 4 tahun melanjutkan pendidikan aku mencari pengalaman di sekitar Kabupaten Bogor. Tempat bekerjaku perbatasan dengan Provinsi Banten, tepatnya ujung Kabupaten Bogor perbatasan dengan Tangerang Selatan.

"Mengapa perlu jauh dari rumah untuk melanjutkan pendidikan?" Pertanyaan itu yang sering aku terima dari teman-teman di rumah dan saudara. Selain ingin mendapatkan pengalaman yang berbeda, aku ingin mendapatkan teman-teman dari lingkungan baru. Pastinya ingin merasakan rasanya mudik seperti apa. Sebagai orang pribumi yang dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas tidak pernah merasakan mudik jauh. Rasanya aku perlu merasakan pengalaman yang berbeda saat kuliah nanti.

Akhirnya rencana dan keinginanku disetujui oleh orang tua, dengan beberapa pertimbangan yang perlu ku perhatikan terkait menjaga lingkungan, menjaga pergaulan, dan harus tetap fokus dengan cita-cita yang diimpikan. Selang beberapa tahun akhirnya aku lulus, dan melanjutkan merantau hingga sekarang. Namun, berbeda tempat kalau dulu di Kota Bogor sekarang di Kabupaten Bogor.

Perjalananku saat pulang begitu banyak transitnya di jalan, bersyukurnya jika di kota banyak sekali transportasi umum untuk diakses dan terjangkau. Dari lokasi biasanya aku memakai jasa ojeg online yang bisa dipesan melalui aplikasi. Kemudian aku akan memesan tiket melalui aplikasi yang sama untuk menaiki commuter line. Aksesnya pun tidak begitu sulit, begitu pun pembayarannya karena saat ini sudah diatur oleh pembayaran e-wallet. Tujuan pertama aku akan turun di Stasiun Rawa Buntu menuju Stasiun Tanah Abang. Sesampai di sana aku akan menunggu commuter line di peron 3 menuju Stasiun Cikarang, dengan kondisi Stasiun Tanang Abang penuh sekali dengan rutinitas dan laju orang-orang sepulang bekerja.

Sesampai di Stasiun Cikarang aku melanjutkan dengan menaiki kereta lokal tujuan Stasiun Karawang. Karena di Karawang belum ada commuter line jadi aku memesan kereta lokal dengan tarif Rp 4000. Memesannya harus melalui aplikasi KAI akses, semunya via aplikasi dan pembayaran memakai e-wallet. Selang beberapa menit perjalanan dari Cikarang sekitar 18 menit, aku sampai di Stasiun Karawang. Apakah sudah langsung sampai rumah? Tidak. Perjalananku akan berlanjut sekitar 1 jam menuju rumah, biasanya aku akan dijemput oleh adik dengan mengendarai motor melihat pemandangan persawahan menuju rumah.

Saat di perjalanan pulang aku selalu melihat sekitar dengan rutinitas orang-orang yang begitu padat. Bekerja pagi dan pulang sore dengan raut wajah yang berbeda, kelelahan di kantor atau bahkan kelelahan di jalan dengan jarak yang begitu panjang. Di perjalanan pun hati dan pikiran selalu diingatkan melalui peristiwa yang mengharukan, agar lebih banyak bersyukur dengan kondisi sendiri.

Pengalamanku saat pulang pernah memergoki pencuri di Stasiun Tanah Abang saat akan menaiki eskalator naik. Seorang bapak paruh baya memakai tas selempang di samping dengan posisi terbuka, karena situasi begitu ramai aku secara spontan teriak "Awas pak dompetnya !" Sontak semua orang menatapku dengan penuh kekagetan. Tak berselang berapa lama petugas keamanan menghampiri dan dompet yang ditangan pencuri pun kembali lagi ke si pemiliknya.

Alhasil saat bepergian jauh sekarang aku harus ekstra menjaga barang bawaan yang dipegang. Ransel yang biasanya ku pakai di belakang saat sudah stasiun, ku ubah posisi jadi di depan agar antisipasi dari hal-hal yang tidak diinginkan. Memang banyak sekali instruksi saat menaiki transportasi umum tapi semuanya kembali lagi kepada diri sendiri perlu sadar dan menjaga bawaan sendiri. Itulah pengalamanku saat pulang ke rumah. Semoga kalian memiliki pengalaman yang paling berkesan saat bepergian ke mana-mana. Karena di setiap peristiwa pasti memiliki nilai positifnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun