"Oh my, Amanda you look so chic", ujar Diana sembari menirukan perkataan Andrea yang memuji gaun pesta Emily dalam salah satu adegan film, Devils Wear Prada. Tarik nafas, aku melihat diriku yang berbeda secara penampilan. Namun, di dalam pribadiku masih tetap Amanda yang sama. Terkadang ketika mengobrol dengan Diana dan Albert, aku merasa sangat kekanak - kanakan. Sedangkan mereka berdua sangatlah dewasa. Iulah yang membuat banyak pria kece kepincut dengan Diana. Termasuk Dave. Tapi dari semua godaan pria pria kece tersebut, tidak meruntuhkan tirani hati Diana. Dia sepertinya memiliki tipe khusus dan jika ingin serius dengan satu pria, dengan gaya serial killer nya, dia bisa mengambil alih pria tersebut hanya dengan lirikan mata nya..Â
Perubahan penampilan ini membuatku merasa segar dan percaya diri. Pekerjaan meminjam baju di hari Selasa sudah ku lakukan sesuai instruksi. Tiba di hari Rabu. Aku ada pemotretan jam 10 pagi di studio. Hari ini aku memakai kaus oversize band Sex Pistols , celana jeans stone washed berpotongan lurus dengan heels Louboutin dan kalung bergaya baju permata (palsu). Tidak lupa mascara dan eyeliner mata kucing yang Diana pernah ajarkan kepadaku. Semua mata memandang penampilan ku hari ini dengan heran. Bahkan, si Mia, anak magang itu melongo melihatku. Setelah seminggu lalu ia menatapku dari atas ke bawah dengan tatapan merendahkan, ketika kami bertemu di lift lobby. Helooo siapa yaaa yang anak magang di sini...Â
"Pecut orang -orang yang meremehkan mu dengan prestasi dan gaya", begitu pesan Diana padaku. Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Masih ada waktu 2 jam lagi untuk mengecek troli baju dan studio. Tidak lama aku bertemu mas Erwin di studio.
" haay...Diana? Eng... bukan, Manda yah... Â wah, kamu cantik hari ini, asli kayaknya ada yang berubah?"tanya mas Erwin ramah.Â
"Hi mas...makasih mas..."jawabku sambil tersenyum.Â
"Katanya ini pemotretan pertama ya? semoga sukses ya, kalau ada apa -apa gw siap bantu", ujarnya lagi. Huhu... semoga saja ini bukan pertama dan terakhir aku bekerja sama dengan orang baik dalam pekerjaanku. Aku mempelajari guide pekerjaanku hari ini. Dan bahkan aku tidak tau siapa model hari ini. Diana tidak memberitahuku. Namun, di troli baju semua hanya busana casual pria.Â
Konsep pemotretan hari ini adalah iklan multivitamin. Simple. Dalam guide sudah ada catatan mengenai pose seperti apa yang akan diperagakan oleh model. Tidak sulit. Namun aku cemas, takut berbuat kesalahan. Sebelum pukul 10, Diana memberikanku pesan di WhatsApp.
Gw sampe kantor mungkin siang, dan gw butuh laporan pemotretan pagi ini ya, apa yang jadi kendala, dan lain-lain. Isi pesan tersebut.Â
Sebelum mulai pemotretan , tersisa 30 menit lagi. Aku memoleskan lipstik Dior Rouge ke bibir ku sambil mengaca di cermin bedak compactku. Lipstik ini juga salah satu hadiah kecil dari Diana.Â
"Asisten gw juga harus punya 'senjata rahasia' yang instan untuk menjadi chic". Aku mencoba mengingat kembali ucapannya ketika ia dan Albert mengantarkan ku pulang kemarin malam. Kemudian, tidak lama aku mendengar suara di ujung lorong studio yang menyapa mas Erwin. Aku rasa model sudah datang. Kemudian buru -buru aku masukan lipstik Dior Rouge ke dalam tas kecilku.Â
"Hai, kita ketemu lagi nih...", sapa model dengan ramah. Pelan - pelan aku membalikkan tubuhku 180 derajat untuk menoleh , melihat suara ramah dan renyah yang pernah aku kenal.Â