Dengan editor in chief Anna Wintour. Sampul pertama Wintour, foto jalanan yang menampilkan jeans dan sweater couture Lacroix mengumumkan babak baru dalam sejarah majalah tersebut. (Sumber : Bussines of fashion)
Bahkan di tahun itu, sebuah keputusan yang tidak mudah bagi Anna Wintour. Cover depan majalah Vogue yang menampilkan model memakai sweater high couture Christian Lacroix yang menampilkan taburan batu permata yang mewah di padu padankan dengan celana jeans bergaya stone-washed. Cover perdana Anna Wintour ini mendobrak stigma fashion yang kaku dan hanya dapat di miliki orang - orang tertentu. Pada cover Vogue September 1988 ini, sontak menuai kontroversi dalam dunia fashion. Namun, Anna Wintour yang cerdas dapat mematahkan cercaan - cercaan komentator fashion yang menghina cover tersebut dengan menampilkan bantahan visual bahwa fashion adalah suara kebebasan. Bukan kekakuan dan membosankan.Â
Sweater karya Christian Lacroix yang di gunakan model pada cover Vogue tersebut senilai $10.000 , di padu padankan dengan celana jeans seharga $50. Seakan - akan Anna Wintour ingin menegaskan bahwa jika ingin tampil fashionable tidak harus dari atas ke bawah barang high couture. Jika fashion hanya di miliki orang - orang kaya, maka fashion akan menjadi barang mewah yang sulit untuk di gapai setiap wanita yang ingin tampil modis. Impian setiap wanita ingin tampil modis, trendi dan fashionable.Â
Berapa kali aku bercermin memakai boy friend jeans berwarna belel, kaus band favoritku - Ramones dengan high heel Louboutin nude , merasa amazing sendiri. Gaya ini aku abadikan dengan mirror selfie. Aku berpikir kapan ya aku memakai baju ini? Hmm... mungkin nanti saja kalau ada pemotretan lagi dengan Dave si hottie grunge. Hmm... tapi rasanya gak mungkin aku bisa berharap banyak, secara si David tergila - gila dengan Diana. Masih ingat bagaimana ia bergombal ria tanpa malu - malu di depan ku dan Albert. Ish, aku kenapa sih?? Â Harus nya aku tidak nyaman dengan kondisi ini, karirku stagnan di posisi asisten pengarah gaya selama 5 tahun. Harus nya , aku sudah berani berinisiatif mendirect photoshoot. Bukan malah nyaman berlindung di balik tangan dingin Diana, tapi gimana ? Aku udah nyaman dengan posisi ini.Â
Mbak Diana sudah pernah berbicara dengan ku secara 4 mata.Â
"Say, kalau suatu saat nanti gw di promosiin ke majalah lain, kira-kira lo uda siap jadi pengarah gaya gantiin gw ?". Tanya nya.
"Gatau mba, aku masih belum yakin", jawabku.Â
"Gini ya, next, gw mungkin akan megang kerjaan lain, mungkin akan ada kerjaan styling yang akan gw kasih ke kamu secara permanen , mungkin. Sebagai latihan, ini gw ada konsep pemotretan iklan sponsorship. Itu di hari Rabu. Gw uda booked mas Erwin untuk tugas fotografer di hari itu. Dan ini guideline nya, kamu pelajarin ya. Dan masih ada 2 hari lagi. Besok kamu harus cari dan pinjem baju, beres...." ujar Diana sambil mengoleskan mascara Maybeline ke bulu matanya.Â
Perutku berasa mulas. Aku takut. Bagaimana jika pekerjaan ku ada kesalahan.
"Kenapa? Butuh asist?" Tanya Diana sedikit melotot kepadaku.Â