Chapter II :Â
Pagi ini, aku bercermin dan mengoleskan lipgloss di atas bibirku. Sambil berfikir. Amanda adalah namaku. Aku si gadis tomboi ketika kuliah , gaya celana jeans robek adalah gaya sehari -hariku di kampus. Tinggiku 165cm. Penampilan ku sangat tidak menarik. Karena gemar memakai kaos oblong nama - nama band. Ibu dan ayah tidak banyak protes. Karena mereka maklum aku berkuliah di jurusan jurnalistik, namun punya gaya rebel sendiri. Bakat apa yang aku punya sih? Ohya aku suka menggambar ilustrasi, street art , seperti mural dan stencil art. Di bangku kuliah , aku si gadis introvert ini sulit menemukan pacar. Karena ku sadari aku memang tidak menarik. Tidak ahli dalam memanipulasi cowok -cowok, tidak lihai dan culas dalam menggoda lawan jenis, dalam dunia ku hanya ada 2 dunia, hitam dan putih. Tidak pernah terpikir olehku untuk menjadi cantik dan menarik. Memang gak menarik. Manda cenderung lebih tertutup, walaupun teman laki - laki ku lebih banyak, bukan berarti itu sebuah pembuktian bahwa aku menarik. Â
Selama 5 tahun aku bekerja sebagai asisten pengarah gaya, masih linglung menemukan gaya yang sesuai dengan pribadiku. Karena fokus dengan pekerjaan sehari - hari. Gaya sehari - hari ku ke kantor, celana jeans bergaya boyfriend cut, sperry top sider , flat shoes, baru 1x aku pakai Louboutin hadiah istimewa dari Albert. Tapi ini sesuatu sih, sepatu hadiah dari Albert. Kemeja oversize, kaus garis -garis, sweater. Baru - baru ini aku melihat gaya Haylie Bieber cukup menarik.Â
Ia memadu madankan gaya oversize look ala Justin Bieber dengan gaya nya sendiri. Pasti nya, Haylie memiliki penata gaya pribadi. Haylie Bieber secara visual juga tidak cantik, ya gak sih ? Â
Jika aku melihat lookbook Haylie Bieber, gaya nya cenderung tomboi. Oversize blazer hitam nya membuatku kepincut.Â
Rasanya, ayah punya blazer kebesaran ini. Dan benar saja, ayah ku punya, hehe.. bukan hanya itu saja, aku bahkan meminjam baju -baju polo shirt ayah yang sudah tidak terpakai. Ayah bahkan menertawakanku , untuk apa aku memakai baju kebesaran seperti itu. Ibu lebih tertawa geli lagi, sindiran ibu ;Â
"Gimana kamu mau punya pacar, gaya kamu kayak laki-laki begini... "
Sindiran ibu sangat mendalam. Tapi Amanda sangat alergi memakai baju kewanita-wanitaan. Tapi, paksaan Albert agar aku mau memakai Louboutin hak 10 senti, membuatku berpikir bahwa Albert ingin mendorongku agar berpenampilan tomboy dan chic.
Ia bahkan pernah bilang bahwa ,gaya tomboi gak salah. Dengan alas kaki yang tepat, celana jeans belel dan kaus oblong dapat di sulap menjadi street couture. Aku jadi ingat filosofi dan konsep yang kuat pada majalah Vogue di tahun 1988.Â