Dengan "jalur pintas" menuju kekayaan dan ketenaran. Kepopuleran ini bagaikan abu yang tertiup angin karena sia - sia. Tentu saja kita tidak ingin menjadi sia-sia.Â
Memang indah hidup di awang-awang di elu-elu kan, menggambarkan kehidupan bak surgawi, semua punya, ketenaran, kepopuleran, namun, jika semua ini di dapat dari kepura-puraan, sampai kapan hidup di awang -awang ini akan berlangsung? Lebih baik menjadi diri kita sendiri yang secara konsisten melakukan hal yang terbaik yang bisa kita lakukan tanpa perlu mencari perhatian dan membutuhkan perhatian dari orang lain.Â
Menjadi dan mencintai diri sendiri lebih bahagia , gak perlu capek merancang kebahagiaan orang lain dan terlalu ikut campur urusan orang lain. Teman terbaik justru akan datang dengan sendiri nya. Orang yang menghargai kita apa adanya. Tanpa protes namun mengkritik kita menjadi orang yang lebih baik.Â
Sudah saatnya kita nyaman dengan diri sendiri. Tanpa terlalu khawatir akan persepsi orang lain terhadap kita. Sudah saat nya kita mengapresiasi diri kita sendiri dengan cara masing-masing.Â
Dengan mencintai diri sendiri artinya kita lebih perhatian kepada diri kita sendiri, memberikan hak-hak nya, menyehatkan, menyayangi dan kebaikan-kebaikan untuk diri sendiri. Bukan berarti egois, ada di mana kita harus mendahulukan kepentingan-kepentingan kita dahulu.Â
Ada saatnya ingin memanjakan diri sendiri karena sudah tangguh dan melalui hari-hari yang berat, karena sepadan sudah berhasil melalui badai-badai sulit dalam kehidupan, apakah egois? Jika kita ingin hidup bahagia atas diri sendiri? Pencapaian atas keberhasilan diri yang berhak dan harus diapresiasi. Tidak harus mewah, cukup sederhana, yang penting bahagia. Pertanyaannya, sulitkah mencintai diri sendiri?