Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perlunya Membangun Komunikasi antara Orangtua dan Guru untuk Meminimalisir Masalah pada Anak di Sekolah

19 November 2023   17:14 Diperbarui: 19 November 2023   19:53 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Orang tua berbicara dengan guru | Dok : Pexels

Contoh kasus. Saya pengajar seni. Memiliki anak didik yang ketika pelajaran saya tidak pernah mengerjakan tugas. Karena anak tersebut memiliki masalah nya sendiri yang saya tidak tahu. Sementara, saya memiliki instrumen penilaian untuk tiap anak mulai dari tugas harian, ujian tengah smester dan ujian akhir smester. 

Saya membutuhkan partisipasi anak untuk mengerjakan semua tugas seni rupa yang saya berikan untuk mengisi pos - pos nilai, sehingga anak tersebut mencapai nilai KKM pada rapot. Anak ini sering absen. Datang ke kelas tanpa mengerjakan apapun. 

Saya tidak menuntut anak itu membuat maha karya yang spektakuler. Setidak nya ia mengerjakan tugas. Jadi nilai rapot nya aman. Namun apa daya saya. Anak itu tidak termotivasi. Pada pengisian rapot, saya di tegur bidang kesiswaan.

"Bu Amel, maaf, tugas seni rupa yang ibu berikan di kelas itu seperti apa? Apa sulit?". Anak yang gak semangat ngerjain tugas jadi saya yang di tegur , khan?? 

"Begini pak, tugas saya tidak sulit. Hanya menggambar, membuat ilustrasi , bahkan anak anak boleh akses handphone di kelas saya untuk mencari ide. Jika ada anak yang tidak bisa dan tidak mau menggambar saya sudah memiliki opsi lain. Membuat karya berupa gunting tempel dan kolase." 

"Saya melihat ada sesuatu pada anak ini yang saya sendiri tidak tahu. Mungkin punya masalah dengan temannya ? Lalu bagaimana saya harus memberi nilai, jika kondisi nya seperti ini?", tanya saya kembali ke bidang kesiswaan.

"Dengan berat hati, nilai yang bisa di berikan adalah 4, bu, dan sudah tidak ada waktu lagi untuk tugas susulan", begitu ujar bidang kesiswaan. 2 hari lagi kami akan menghadapi pembagian rapot. Hal ini sudah saya diskusikan bersama kepala sekolah. Dan saya harus menghadapi kenyataan bahwa, besok saya harus siap menghadapi orang tua si anak tersebut. 

Di hari pembagian rapot. Ibu anak ini terkejut dengan nilai seni rupa si anak, 4. 

"Ini kan cuma pelajaran muatan lokal, kok bisa sih nilai nya cuma 4?. Kalau mapel lain okelah,ini pelajaran seni ini ngapain aja bu?".  Saya menghela nafas dan berusaha tidak menyiratkan kekeselan. Hanya permintaan maaf dan jujur menyampaikan apa ada nya. 

"Mohon maaf ibu , saya ingin sekali memberikan nilai terbaik. Tapi saya tidak mendapatkan nilai , karena anak ibu ketika di kelas tidak mengerjakan tugas dan tidak datang di pelajaran saya. Jujur saja saya bingung mau mencari celah apa yang dia suka. Sehingga jika saya tahu, mungkin saya akan pakai pendekatan tersebut", jawab saya berusaha untuk tetap tenang. 

"Ooh begitu, jadi dia gak pernah ngerjain tugas bu Amel? Waduh kenapa ya ?. Emang tugas nya apa sih bu sampai dia gak mau ngerjain?" Tanya si ibu kembali. Seakan - akan saya memberikan tugas yang sulit sehingga si anak tidak bisa mengerjakannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun