Sudah hampir sebulan saya bolos nulis artikel di Kompasiana tercinta. Kemana aja ? Ga kemana - mana. Hanya merasa demotivasi. Selang 3 bulan terhitung Juni hingga Agustus.Â
Les privat saya tidak ada murid baru yang mendaftar. Sehingga saya mencari kesibukan baru. Yaitu, berdagang. Ketika di ujung pengharapan.Â
Alhamdulillah, akhir September bisa 'bernafas' lega, karena ada murid baru masuk kelas saya. Teman saya yang menjalani bisnis yang sama merasakannya juga.Â
Usaha saya mencari murid baru 'sebatas' promosi di grup WhatsApp dan bagi bagi brosur. Ternyata hasilnya tidak signifikan.Â
Kemudian saya tidak pendek akal. Bagaimana caranya untuk memperluas jaringan?. Berdagang adalah solusinya. Saya bukan tipe ibu ibu yang gemar berkumpul. Yang kata mayoritas orang kumpul kumpul sumber silahturahim dan rejeki.Â
Buat saya pribadi, malah justru banyak keluar uang. Saya berfikir dan merenung. Bagaimana caranya agar memperluas jaringan bisnis saya tanpa mengorbankan banyak perasaan 😅 jadi hanya fokus berdagang dengan sistem titip jual di koperasi dan kedai makanan.Â
Titip jual produk dagangan ke toko/warung/kedai bukan hal yang baru bagi saya. Tahun tahun sebelumnya, saya melakukan bisnis jenis titip jual ini ke beberapa butik dan toko. Biasanya sistem pembayarannya ada 2 metode. Konsinyasi dan harga jual dari kita di naikkan lagi oleh pemilik toko.Â
Di tempat saya menitip produk jualan. Harga jual dari saya di naikkan lagi oleh pemilik toko. Dan harganya pun tidak terlalu jauh. Enaknya sistem titip jual ini, kita gak perlu keluar modal banyak (tergantung jenis produknya) gak perlu sewa tempat, gaji pegawai dan lain - lain.
Selaku pemilik toko atau warung yang dititipin enaknya, ga perlu ngemodal beli barang baru dan mikirin jualan apa lagi yang barangnya cepet muter untungnya.Â