Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bukan Ibu Rumah Tangga Biasa

5 September 2023   16:06 Diperbarui: 5 September 2023   17:04 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini terinspirasi dari orang orang yang saya temui beberapa akhir ini dengan kisah luar biasa mereka menjalani keseharian.

Beberapa waktu lalu, saya menyapa salah satu orang tua murid teman sekelas anak saya. Setelah ngobrol ngalor ngidul. Ternyata si mama, menawarkan jasa antar jemput anak sekolah. Dengan gaya nya yang lucu, ia bercerita. 

" anak jemputan mah saya mampu angkut 2 anak aja mam, kalau banyak banyak ga sanggup. Itu pun beda kelas beda jam pulang. Kadang sampai sekolah suka bingung mau anter jemput siapa. Kadang anak sendiri malah lupa", seloroh nya. 

Di sebuah pagi , seorang ibu , mitra jualan saya mengantarkan pesanan. 

"Saya anter besok ya sekalian anter anak sekolah", pesan yang saya baca di WhatsApp. Beliau mengantarkan pesanan saya, sambil di selingi cerita. 

"Saya setiap Selasa ngaji, jadi anter pesenan pagi. Jumat berbagi. Sabtu Minggu olahraga. Anter pesanan siang biasa nya", lanjut nya. 

" Kakak setiap hari antar jemput si kembar, taro laundry-an, anter nenek ke pasar, pengajian. Kadang ada aja ibu ibu kelas yang ajak ketemuan, yang penting sosialisasi jalan terus". "Setiap akhir pekan ada aja undangan, kalau gak datang tu rasa nya gak enak", ujar kakak ipar saya bercerita dalam satu waktu.

Kemudian saya bertanya kembali : " apa gak capek ka?".

"Capek sekali, seharian di jalan. Sore baru ada di rumah". Jawabnya. 

"Anak saya yang kecil dari TK sudah gojek mam, karena saya jualan nasi uduk. Jadi ga sempet anter jemput. Kadang kalau ada mamas nya, di anter mamas nya. Jadi kadang gimana ya mam, mau nemenin anak tapi saya harus jualan uduk buat memenuhi kehidupan sehari - hari", sahut salah satu orang tua murid dari kelas lain yang saya kenal. 

Para ibu ibu di atas segelintir ibu rumah tangga yang memanfaatkan waktu sebisa mungkin dengan sosialisasi dan menambah pemasukan ekonomi keluarga. Bayangkan, mereka mengerjakan banyak pekerjaan dalam satu hari dan berlanjut di hari berikut nya. Jangan lah mencibir dengan pertanyaan ; "suami nya kemana?" Lha suami kerja cari nafkah. Ibu rumah tangga sekarang ini rata - rata yang saya ajak ngobrol , sama sama mencari nafkah. Atau mencari kegiatan. Entah jualan, mengajar dan lain lain. Bukan berarti hidup mereka selalu sulit. Yang berada pun sama. Uang ada namun kegiatan tidak ada. Kemudian mengisi waktu yang dapat menghasilkan uang. 

Seperti yang di lakukan teman kuliah saya dulu. Ia mengajar dalam rangka mengisi waktu yang bermanfaat. Kalau di bilang, suami nya orang dengan pekerjaan yang bagus. Namun, teman saya memilih mengisi kekosongan waktu nya dengan ; mengajar dan berjualan. Entah itu jualan kue kecil - kecilan, pernak - pernik mengajar dan lain lain. Kreatif! Inti nya gak betah nganggur. Tulisan ini hampir mirip dengan artikel saya yang sebelum nya yang berjudul " Belajar Berdagang Dari Para Lansia Produktif". Sama sama mengisi kekosongan waktu. 

Ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan yang mudah. Saya mengalami sendiri. Ketika kejenuhan melanda. Terbesit ingin rasa nya kembali bekerja. Namun, tidak mungkin meninggalkan anak - anak dengan orang lain, seperti asisten rumah tangga. Saya melahirkan dan mengurus anak anak sendiri. Kalaupun suatu saat saya bekerja, lebih baik mendidik mereka untuk belajar mandiri. Karena kemandirian akan menjadikan mereka tangguh dan kuat di kemudian hari. Di bandingkan memanjakan mereka dengan kenyamanan pelayanan dari orang lain yang toh kadang tidak membantu. 

Ibu ibu rumah tangga di atas juga bukan ibu ibu yang kesepian dan kelewat sibuk, mereka tetap mengurus anak anak mereka di tengah kesibukan. Hanya kemampuan seorang ibu yang mampu memahami keinginan tiap anak nya yang berbeda. Kebutuhan si kakak dan adik. Hanya ibu itu sendiri yang paham. Sementara itu, yang membuat saya kagum adalah, ibu yang mencari nafkah juga bagi keluarga nya. Ini bukan masalah kurang atau cukup. Namun tanggung jawab yang di emban seorang ibu bukan perkara sepele.

Bagaimana ibu rumah tangga yang harus bekerja merapihkan rumah, memasak, mengurus anak, mengantar jemput anak sekolah, mengajar bahkan tugas berat seorang ibu, mendidik anak. Mendidik anak bukan hal yang mudah. Terlebih bagiamana mendidik anak di era sekarang ini. 

Kadang anak anak bisa sangat manis di depan ayah nya, namun berbeda ketika di depan ibu nya. Mendidik anak sungguh bukan sulap dan bukan sihir. Perlu proses dan perjuangan yang panjang. Mendidik anak bukan hanya perlu kesabaran, ketelatenan namun harus tegas dan disiplin. Jadi menurut saya, tidak ada ibu rumah tangga yang 'biasa biasa' saja, semua luar biasa hebat nya, beruntung nya seorang anak yang di urus ibu nya sendiri tanpa 'godaan' untuk bekerja lagi.  

Saya menyaksikan sendiri, bagaimana seorang anak yang di tinggal orang tua nya bekerja, ia akan besar bukan atas didikan orang tua nya sendiri, melainkan orang lain. Itulah konsenkuensi yang tidak berani saya ambil , maka ketika saya melahirkan anak pertama. 

Saya memutuskan untuk berhenti bekerja. Jika anak sudah di pegang oleh orang lain, kita pun harus siap resiko nya , anak akan besar atas dasar asuhan orang lain, bukan kita sebagai orang tua nya. Bukan hal yang mudah ketika seorang ibu rumah tangga mengurus anak. Karena tanggung jawab yang besar. Maka dari itu, seorang ibu rumah tangga bukan seorang ibu yang biasa. Mereka memiliki perjuangan yang berbeda - beda. Dan sama - sama berjuang untuk masa depan keluarga nya yang baik dan cerah. Salam semangat para ibu rumah tangga di mana saja anda berada. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun