Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Home Pilihan

Cerita Si Gipsum Jebol dan Tips Memilih Tukang

25 Agustus 2023   11:13 Diperbarui: 25 Agustus 2023   13:09 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini sekaligus menyambung di artikel saya yang sebelum nya berjudul : "Suka Duka Hidup Jauh Dari Pasangan".

Setiap tahun, bulan Desember sd Februari adalah musim hujan dengan intensitas tinggi terjadi. Ketika ini, saya selalu di liputi perasaan was was, mana jauh dari suami.  Tidak pernah terpikirkan berada di situasi yang mengaharuskan saya menghandle sendiri kerjaan nukang, bahkan sampai beli bahan bangunan sendiri. Hal ini membuat saya  belajar hal baru , tidak mengeluh dan mengkotak - kotakan mana pekerjaan laki - laki dan perempuan. Saya jadi ingat teman saya yang nun jauh di Belanda. Ketika pindahan tempat tinggal, dia harus mengelem sendiri lantai keramik flat nya dengan lantai kayu. Sementara suami nya bekerja. " di luar negeri jangan harap masang lantai kayu kita manggil tukang", ujar nya. 

" di sana tukang bangunan mahal tarif nya", lanjut nya lagi. Sehingga ia dan suami nya mengurus sendiri urusan pindahan rumah dan barang - barang nya tanpa menyewa jasa angkut barang. Hanya menggunakan mobil pribadi mereka. 

Kembali ke tema artikel. Spesifik bangunan rumah saya tidak bertingkat, di atas atap kami sudah di dak dengan cor  an dan acian kasar serta tidak bergenteng. Sebelum di aci dengan semen, acian kasar itu di tumbuhi lumut. Dan jika hujan lebat ada beberapa titik air yang menetes tepat di atas kamar dan kamar mandi. Hal ini membuat kamar tidur menjadi lembab. Dan tidak nyaman. Bertahun - tahun acian kasar dan berlumut tidak kami perbaiki karena bukan prioritas utama. Kami berfikir ; " bocor , tampung saja pakai ember", tapi lama - lama gak nyaman dan tenang juga. 

Pernah rumah kami tinggal seharian ketika lebaran 1 tahun lalu. Pulang berpergian , kami kaget. Kalau lantai kamar sudah mengenang air tetesan dari dak atas yang merembes ke gipsum. Pulang dengan badan yang lelah di tambah kerjaan yang melelahkan. Beres beres yang bocor. Hal ini ternyata terjadi juga kepada tetangga kami. Dia pun sama. Hanya bisa di diamkan saja yang bocor bocor tanpa manggil tukang. Jasa tukang yang selalu "waiting list" membuat nyari tukang gak gampang. Hampir semua tukang di tempat kami sudah di booking. Karena di cluster kami banyak rumah yang sedang di renovasi. Karena mencari tukang yang sulit , sehingga membetulkan yang bocor bukan prioritas. 

Solusi dari masalah bocor - bocor ini hanya perlu di aci dan water proofing. Ternyata gak semudah itu. Sudah 3 tukang kami panggil , namun masih mentok di budget. Di sini saya jadi belajar, agar tidak kena tipu - tipu, berikut tips nya. Saya pelajari dari suami dan bapak saya hal ini dan saya rasa sebagai ibu rumah tangga perlu tahu juga. 

1. Cari Opsi Kedua Soal Tukang

Mencari tukang bagaikan membeli kucing dalam karung. Kita tidak tahu bagaimana kualitas pekerjaan tukang tersebut, apakah rapih atau asal - asalan. Biasa nya saya punya tukang langganan, namun apa daya, jam terbang si tukang langganan yang kelewat tinggi , sehingga sulit untuk saya gapai. Akhir nya setelah tanya 2 tukang, jawaban untuk masalah bocor bocor di atas dak rumah kami beragam.

Tukang 1 bilang ; 

A. Perlu 6 sak semen agar dak atas kami tidak hanya dapat 1x acian, jadi 2x aci lebih gobyos jos dan mantul licin. 1 sak semen dengan harga beragam, namun saya ambil dengan harga 50.000 / sak / berat 40 kg. Lalu perlu 2 kaleng aquaproof berat 4kg. Nah si aqua proof ini yang mahal. 1 kaleng dengan berat 4kg saja sudah 220.000 di toko bangunan daerah Tangsel. Sedangkan kami perlu 2 kaleng. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun