Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Teliti dan Bijak Sebelum Memutuskan Untuk Ber-financial Freedom

19 Agustus 2023   22:24 Diperbarui: 21 Agustus 2023   11:02 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini saya tulis atas pengalaman pribadi. 

Ketika itu pasangan saya memutuskan untuk 'mandiri secara keuangan' bahasa sederhana nya bekerja paruh waktu sebagai seorang agent di usia yang tergolong muda. Keputusan yang di ambil pasangan waktu itu adalah ; agar bisa bekerja dan meluangkan waktu bersama keluarga. Terdengar bagaikan impian. 

Usia muda adalah usia produktif, dimana giat nya, kerja keras mencari nafkah bukan malah 'nekat' ber financial freedom. Menurut saya pribadi, financial freedom tidak cocok untuk anak muda. Mungkin lebih cocok untuk philantropis. Orang yang sudah mapan secara ekonomi, namun meluagkan waktu nya untuk kegiatan sosial. Gak pusing mikirin income karena secara finansial sudah mapan. Ketika pasangan saya memutuskan untuk ber - financial freedom, waktu itu ia adalah agen asuransi. Pekerjaan lenggang , tidak terlalu sibuk dan pemasukan bagus. Bagaimana dengan pengeluaran ? Masih aman , belum banyak pengeluaran. 

Semua terkendali, hingga saat nya sistem pembayaran komisi berubah, kelabakan! Terutama masuk era covid. Semua nasabah asuransi mendadak menarik uang mereka dan menutup polis. Siapa yang menduga hal ini?? Tidak ada dan tidak terduga. Apakah saya siap? Tidak. Keputusan untuk ber financial freedom tidak tepat di ambil ketika masih muda, energik, produktif, usia di mana kreatifitas dan semangat mengebu - gebu. Seakan - akan waktu terbuang sia sia. 

Ketika saya sudah menikah dan punya anak, di mana usia saya harus bertanggung jawab mengurus anak. Hati kecil saya berkata ; " waktu sebelum punya anak, kemana aja saya? Kerja gak maksimal, belum bisa punya rumah, motor sendiri, aset dan lain lain. Nah gimana mau mikir ber - financial freedom. Jika saat ini saya sudah punya kesempatan untuk bekerja lagi, pasti saya akan kerja lagi. Ga akan mikir mau ujug - ujug financial freedom. Selama masih sehat dan bugar. 

Jadi akhir nya kami harus bertahan secara financial freedom dengan hidup pas - pas an. Di saat itulah pasangan saya menyadari bahwa financial freedom bagaikan PHP alias pemberi harapan palsu. Kita tidak akan selalu bisa menunggu harapan datang sendiri jika kita tidak menjemput harapan duluan.

Saran saya, jika ada di antara anda yang ingin mengambil keputusan financial freedom. Baik nya mengukur diri terlebih dahulu. Selain bekerja, berinvestasi jangka panjang mungkin baru aman untuk mengambil keputusan ber - financial freedom. Selagi masih muda, banyak kesempatan dalam berkarir, sehat, usia produktif dalam bekerja. Mungkin di usia bijaksana seperti  di level Warren Buffet financial freedom dapat tercapai sebagai sebuah klimaks kepuasan dalam berkarir. Ketika hasrat memiliki suatu barang untuk di pamerkan sudah tidak ada lagi. Namun memiliki barang sebagai aset dan investasi jangka panjang.

Pelajaran hidup ini saya dapat ketika, ayah saya pensiun. Mendapatkan hasil pensiun dan langsung di investasikan berupa ruko, rumah dan tanah. Ketika itu kami merasa aman. 

Ayah saya di mana sudah tidak bekerja lagi sehingga tinggal menikmati hasil nya. Namun, ternyata aset tidak berkembang. Tersendat sehingga bermasalah dan membuat ayah harus menjual semua aset nya. Dari sini saya belajar, penting nya memanfaatkan aset yang kita punya. Dan itu tidak harus rumah , tanah, emas dan lain lain. Namun barang yang serba guna kita pakai. Misalkan ; gawai yang kita pakai seperti ponsel, laptop, kamera dan bahkan bakat yang kita punya. 

Kita dapat menggunakan ponsel, kamera, laptop yang kita punya untuk mencari sumber financial secara jangka pendek dan panjang. Ketika hal itu sudah terkonsep dan berkelanjutan di kerjakan, pada akhir nya akan menghasilkan financial freedom, tentu nya dengan daya juang bekerja keras bukan hanya angkat kaki menikmati hasil. 

Menuju financial freedom menurut saya pribadi sangatlah panjang dan memerlukan usaha yang bukan hanya sehari, dua hari, sebulan, dua bulan bahkan bisa berpuluh -puluh tahun.

Foto: Pinterest/Salveworld
Foto: Pinterest/Salveworld

Financial freedom sendiri memiliki beberapa 'anak tangga' yang harus di lalui. Bukan hanya sebagai bunga tidur semata tanpa aksi nyata. Bijaksana sebelum mengambil keputusan ber - financial freedom akan lebih bertanggung jawab dan tidak menyesal di kemudian hari seperti yang pernah saya rasakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun