Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mengalah dalam Kehidupan Pernikahan Bukan Berarti "Makan Ati"

12 Agustus 2023   15:57 Diperbarui: 12 Agustus 2023   16:05 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku yang saya baca sebelum dan sesudah menikah | Foto: Dokpri

Dari sini saya mempelajari , ketika saya lelah mengurus anak, saya meminta bantuan pasangan untuk menjaga nya sebentar. Jadi saya bisa istirahat sebentar. Begitu juga dengan pasangan saya. Ia harus mengalah, memangkas waktu istirahat nya untuk menjaga si kecil. Sebagai tanggung jawab bersama, kami saling mengalah satu sama lain. 

Mengalah yang terberat adalah ketika kami di rundung masalah finansial. Ini adalah ujian terberat di dalam kehidupan pernikahan kami. Di fase ini, saya harus mengalah dan berbesar hati menghadapi kenyataan jika saya mau tidak mau harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup kami. Suami pun harus mengalah untuk mengurus anak- anak. Bertukar peran. 

Selain mengalah satu sama lain untuk keutuhan rumah tangga. 2 tahun kami menjalani cobaan hidup ini dan alhamdulillah berhasil kami lalui dengan tidak mudah. Nyaris putus asa. Dan fase ini di mana rasa nya saya ingin menyerah saja. 

Finansial menjadi tantangan terberat. Bayangkan jika di antara kami tidak ada yang mau mengalah? Mengalah bukan berarti "makan ati", tapi semakin lama menjadi sebuah proses pendewasaan diri agar lebih bijaksana dalam bersikap dan mengambil keputusan. Ketika saya harus mengalah untuk membagi penghasilan yang saya dapat antara kebutuhan pribadi yang sering tersisihkan dengan kebutuhan sehari hari keluarga kecil kami. 

Banyak juga keluarga yang berhasil melalui ini. Ibu bekerja. Ayah di rumah. Bagi mayoritas orang, ayah di rumah dan ibu bekerja menjadi cibiran dan cemooh. Tanpa orang pahami apa akar masalah nya. Mereka tidak mengalami, sehingga mencibir. Padahal , bagi seorang suami, menggangur bukan lah pilihan hidup yang enak. 

Hikmah dari saling pengertian dan mengalah ini memberikan berkah dan rejeki yang tidak terduga di kemudian hari. Setelah melalui perjalanan yang penuh rintangan, keadaan finansial kami kembali normal. Perjuangan mengalah tidak berhenti begitu saja. Suami harus pergi bekerja keluar kota dan meninggalkan semua kenyamanan. 

Bagaikan badai di tengah laut yang menerjang kapal, memerlukan kelihaian sang nahkoda kapal untuk mengemudikan kapal laut agar tidak karam. Begitu juga dengan kehidupan pernikahan. Perlu kerjasama antara suami dan istri agar tidak menyerah begitu saja menghadapi masalah yang ada di dalam pernikahan.

Mengalah dalam pernikahan bukan menjadikan kita pengecut dan menyerah dengan keadaan dengan keterpaksaan. Bukan juga "makan ati" kemudian menjadi dendam. Namun, mengalah sebagai pemenang, pejuang yang mampu bertahan dan proses pendewasaan diri dalam bersikap. 

Perjuangan ini tidak berhenti sampai di sini. Masih ada proses kehidupan yang harus di hadapi di kemudian hari. Suami dan istri adalah tim yang kuat dalam menghadapi ujian dan tantangan hidup, tidak lupa mengawali ujian demi ujian dengan doa. Semoga artikel yang saya tulis ini bermanfaat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun