Hal ini membuat perjalanan memberikan ASI saya mudah dan lancar walaupun dalam hati bergejolak karena memikirkan finansial yang goyah.Â
Saya bahagia dan sehat secara mental karena melalui ini semua bersama suami di samping saya. Tantangan ngASI anak kedua lebih mudah karena anak kedua perempuan dan cepat kenyang dan tertidur pulas ketika sedang ASI.Â
Di fase ini, saya membangun pelan-pelan kesibukan mengajar saya kembali untuk menghidupkan kembali roda perekonomian keluarga kami.Â
Anak ketiga lahir dengan kepuasan pelayanan BPJS dan puskesmas. Ketika anak pertama saya selalu memeriksakan kondisi kehamilan di rumah sakit. Anak kedua dan ketiga rutin periksa ke puskesmas dan ketika lahiran saya di rujuk di rumah sakit dengan fasilitas kelas 3. Saya sangat bersyukur karena kemudahan-kemudahan ini.Â
Setelah anak-anak lahir, alhamdulillah mereka semua mendapat imunisasi dasar lengkap dari rumah sakit dan puskesmas untuk anak kedua dan ketiga. Imunisasi adalah hal yang penting bagi kesehatan dan masa depan anak.Â
Anak ketiga saya "spesial", karena memiliki intoleransi laktosa, di mana anak pertama dan kedua tidak mengalami masalah ini. Seiring berjalannya waktu, intoleransi laktosa berkurang dan bahkan ketika anak saya sudah berhenti ASI dan sudah bisa beradaptasi minum susu sapi.Â
Sesuai dengan tema pilihan artikel ini, dukungan untuk ibu menyusui dari suami sangatlah utama dan penting. Karena suami adalah ayah dari anak-anak ASI yang ibu berikan.Â
Walaupun dukungan seperti ayah siaga, sang ibu pun akan bahagia, sehat secara mental dan fisik, karena keberadaan ayah dan suami di samping kita.Â
Terkadang kelelahan ibu ASI yang luar biasa, perlu bantuan suami untuk memegang dan mengasuh bayi bersama untuk mengembalikan waktu istirahat ibu yang kurang dan kualitas hidup si ibu sendiri.Â
Pentingnya dukungan penuh sang suami untuk mengembalikan kehidupan ibu kembali setelah melahirkan dan menyusui. Hal ini yang saya dapatkan ketika mengurus anak kedua dan ketiga.Â
Ketika saya sibuk mengurus si bayi, suami ada untuk membesarkan hati anak pertama dan kedua karena perhatian saya sudah mulai terbagi secara tidak seimbang kepada mereka.Â