Kisah ini adalah pengalaman pribadi saya dengan 3 orang anak. Perjalanan memberikan ASI dari anak pertama, kedua, dan ketiga keadaan tidak selalu berjalan mulus. Ada kalanya landai, terjal, jurang, berbatu, dan kembali landai.Â
Tentunya kehidupan seorang wanita setelah melahirkan di liputi berbagai perasaan, antara sedih, takut, khawatir (terutama ibu muda), senang dan tak jarang dihantui sindrom baby blues. Tapi saya tidak akan membahas mengenai baby blues.Â
Ketika anak pertama lahir, saya sama sekali tidak mempunyai bekal untuk mengurus anak. Bagaimana memandikan bayi, apa yang harus di lakukan ketika bayi menangis bukanlah hal yang mudah.
Di antara kebingungan tersebut, saya juga harus beradaptasi dengan jam tidur. Yang biasanya tidur malam berkualitas tanpa bangun malam.Â
Setelah punya bayi jadi sering terbangun malam. Tentulah hal tersebut mengubah siklus hidup saya 180 derajat. Hal ini bukanlah hal yang mudah.Â
Bagaimana saya dan bayi saya menjalani hari demi hari dengan kemandirian alias mengurus bayi sendiri tanpa bantuan siapa siapa.Â
Alhamdulillah, suami saya tidak banyak protes, membantu saya disela-sela waktunya ketika di rumah. Dan yang membuat bersyukur, ASI saya keluar dengan normal. Tanpa mampet. Saya memberikan ASI kepada anak pertama selama 2 tahun.Â
Selang 2 tahun, saya hamil lagi anak kedua. Kali ini tantangannya berbeda. Kehidupan finansial goyah dan tidak ada yang menyangka hal tersebut terjadi.Â
Di masa-masa berat ini, saya di berikan "rezeki" berupa kemudahan mengurus kehamilan dan kelahiran anak kedua di puskesmas. Dengan fasilitas BPJS dan suami siaga, saya melalui "keretakan" finansial dengan baik dan mengucap syukur, karena suami siaga.