Mohon tunggu...
Amelia
Amelia Mohon Tunggu... Tutor - Menulis Dengan Tujuan

Penulis amatir , mencari inspirasi dan terinspirasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pengalaman Mengajar Siswa ADHD, Sebuah Pelajaran Langka dalam Hidup agar Lebih Banyak Bersyukur

31 Juli 2023   21:20 Diperbarui: 31 Juli 2023   21:23 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika itu saya mengajar kelas seni rupa di sebuah Sekolah Menengah Atas di bilangan Pondok Aren, Tangerang Selatan. Ada satu murid laki laki saya yang menarik perhatian. Dia duduk di kelas 11 atau setara dengan kelas 2 SMA. 

Di ruang Art (seni) meja utama terletak di tengah ruangan dan anak anak mengerjakan proyek seni di meja kayu tersebut. Anak spesial ini tidak henti nya berjalan mengelilingi meja utama. Kemudian saya menegur nya dengan gaya yang asyik, bukan perintah.

"hei, udah dapet ide mau bikin karya apa"?

Dia terkejut.

"eh apaan bu? oh, gambar gambar ya?", belom. Emang gambar apaan bu"?, tanya nya lagi. Berarti dia tidak memperhatikan saya bicara ketika saya memberikan sebuah instruksi tugas, gumam saya dalam hati. Apa anak ini begini di pelajaran saya saja atau di mata pelajaran lain? Ketika selesai belajar, kami guru berkumpul di ruang guru yang kebetulan membahas masalah anak spesial ini. 

"ADHD ternyata dia", ujar guru Kimia. 

Nama ADHD terdengar asing di telinga saya. 

"Gimana dia di kelas bu Amel ? bisa gak di duduk diam selama 1 jam"? tanya nya lagi. 

"Dia pernah saya kasih tugas membuat poster musik, dia ngerjain sih bu, dan iya memang sebentar aja, kira kira di bawah 30 menit.  Lalu keluar kelas aja gitu". Ternyata dia ADHD . Ujar saya dalam hati.

Menurut halaman alodokter, ADHD adalah ; attention deficit hyperactivity disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian, serta memiliki perilaku impulsif dan hiperaktif. 

Penyebab ADHD

Penyebab ADHD belum diketahui secara pasti. Namun, penelitian menunjukkan bahwa ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko anak terkena ADHD, antara lain faktor genetik dan lingkungan. ADHD juga diduga berkaitan dengan gangguan pada pola aliran listrik otak atau gelombang otak.

Ada pula yang menganggap bahwa gangguan perilaku hiperaktif pada anak disebabkan oleh sugar rush atau konsumsi gula berlebihan. Namun, hal ini belum terbukti benar.

Gejala ADHD

Gejala utama ADHD adalah sulit memusatkan perhatian, serta berperilaku impulsif dan hiperaktif. Penderita ADHD umumnya tidak bisa diam dan mudah lupa akan hal yang ia lakukan. Orang yang menderita ADHD juga bisa mengalami kesulitan belajar, misalnya susah membaca atau menulis.

ADHD umum nya muncul pada anak usia di bawah 12 tahun. Namun, pada banyak kasus, gejala ADHD sudah dapat terlihat sejak anak berusia 3 tahun. ADHD yang terjadi pada anak-anak dapat terbawa hingga dewasa.

 

Dalam kasus saya, anak spesial tersebut duduk di kelas 11 atau kelas 2 SMA.  Anak ini memiliki seorang kakak, tapi tidak mengalami hal yang sama. Sang kakak normal. Ketika belajar lagi di kelas saya, saya sudah tenang dan paham kenapa anak tersebut berperilaku demikian. Karena sudah tau ,jadi jika ia menyelesaikan tugas dengan cepat harap di maklumi.

"enak ya bisa bikin dia diam selama di atas 15 menit itu sesuatu loh bu, ujar guru Kimia kepada saya, melanjutkan obrolan di ruang guru. 

"gimana ini dia belajar Fisika, Kimia"? Tanya nya lagi, di sambut pertanyaan dari guru Fisika. 

Akhirnya di saat itu, karena menyangkut masalah akademik, kemudian kepala sekolah mengambil sebuah solusi yang tepat untuk mengatasi masalah anak spesial tersebut. Memanggil orang tua anak yang bersangkutan dalam rangka diskusi dari hati ke hati apa masalah yang mendasar pada anak, kebiasaan sehari hari  dan hal yang membuat nya nyaman. 

Kemudian menyusun rumusan solusi dari masalah tersebut. Walaupun daya tangkap anak itu berbeda dengan anak lain, kami sesama guru memaklumi keadaan anak tersebut. 

Pelajaran yang langka ini juga saya kisahkan kepada anak anak,  betapa mereka dan kita harus banyak bersyukur dalam hidup. Terutama untuk yang masih gemar membanding bandingkan anak sendiri dengan anak orang lain. Terutama dalam hal pencapaian dan prestasi anak di sekolah. Hal ini akan menjadi pelajaran dan titik balik bagi saya sebagai seorang pengajar dan ibu,  setiap anak memiliki keistimewaan yang berbeda beda. 

Anak berkebutuhan khusus memiliki keistimewaan yang berbeda pula. Setiap anak memiliki value tersendiri, tugas kita sebagai orang tua dan guru membantu memoles keistimewaan seorang anak  hingga menjadi buah yang matang sempurna. 

Semoga artikel saya yang pendek ini bermanfaat...

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun